Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Quote : Tidak Apa-apa Uang Berkurang, Asal Jangan Waktu yang Terbuang

[Artikel 2#, kategori Quote] Dibalik quote ini, perasaan saya sangat geram, kesal dan tidak akan percaya lagi dengan seseorang. Niat baik yang ingin saya berikan, malah dipermainkan.

Jumat sore (17/12), saya memberikan waktu istirahat saya yang malam sebelumnya habis bermain futsal. Tubuh yang masih lelah dan cedera yang diderita biasanya jadi alasan saya untuk menghabiskan waktu di rumah seharian. 

Termasuk bersepeda pagi hari yang rutin saya lakukan, karena futsal, saya tiadakan.

Niat baik

Saya janjian dengan seorang wanita, tapi bukan teman kencan. Ada hal yang berhubungan dengan promosi yang melibatkan dengan dotsemarang. Seperti biasa, mempromosikan sesuatu.

Karena sudah janji beberapa hari sebelumnya, saya mengorbankan waktu istirahat untuk pertemuan ini. Apalagi ada tujuan besar dari kerja sama yang akan kami kerjakan.

Saya datang sesuai waktunya yang ia berikan jika ia akan berada di lokasi sore hari di sana. 

Sambil nunggu dia datang, saya memesan makanan dan minuman. Saya sadar diri jika di dompet tidak ada uang untuk membayar.

Terpaksa menggunakan aplikasi yang seharusnya tidak saya pakai, mengingat itu hasil jerih payah yang tidak boleh dikeluarkan. Tidak banyak, tapi cukup untuk makan di sini.

Apalagi saya sangat haus karena ke sini dengan bersepeda. Hanya bisa membeli sebotol air mineral, itu pun sudah terbilang mahal buat saya.

Tidak tepat waktu

Sudah beberapa jam di sini, orang yang ditunggu belum datang. Pesan yang saya kirimkan juga belum dicentang biru. Saya tahu dia sibuk, tapi jangan lupakan janji yang disepakati.

Pada akhirnya saya sudah tidak bisa menahan diri, mengingat makanan juga sudah habis. Mau ngapain lama-lama di sini. Apalagi jam yang disepekati sudah terlalu lama dilewati.

Saat saya hendak pergi, ia akhirnya membalas dan menyuruh saya menunggu. Andai saya ingin mengejar uang semata, mungkin saya rela menunggu.

Tapi dia sudah tidak menepati waktu yang kita sepakati. Yasudahlah, bukan rejeki saya kali ini. 

Entah apa yang dipikirkannya, apakah karena saya tidak penting atau berharga? Ini bukan kali ini saja sikapnya mengabaikan saya.

Sejak awal saat ingin mengajak kerja sama, saya memberi saran ini dan itu. Yang malah diundang teman-teman saya. 

Saya malah datang dengan orang lain dan kaget dengan apa yang dilakukannya setelah mendengar dari owner-nya langsung. 

Saya kecewa waktu itu, tapi kali ini lebih kecewa. Kenapa orang yang baik, yang murah senyum dan pandai berkomunikasi bisa melakukan kesalahan kepada saya.

Quote

Ia memang meminta maaf atas apa yang sudah dilakukan. Sayangnya saya sudah terlanjur kecewa dan sudah di rumah. 

Pelajaran berharga kali ini untuk saya. Sebaik apapun, totalitas sebanyak apapun, terkadang bila memang belum jodohnya, ya tidak akan bisa digapai. (jodoh=rejeki).

Kita berhak marah dan kesal. Semoga saja bisa kembali reda. Saya benci dengan diri saya sendiri yang saat sudah berbuat lebih, malah dikhianati atau disepelein.

Jadi, tidak apa-apa uang saya terbuang hari ini. Tapi lain kali, tolong hargai waktu. Setidaknya mengabarin. Ada orang yang menunggu di sana dengan harapan besar. Apalagi penuh peluh untuk sampai di tempat.

Terima kasih pelajaran hidup hari ini.

 Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Kembali ke Jogja: Pulang

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift