Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Timnas Indonesia Era Shin Tae-yong (Piala AFF 2020)

[Artikel 52#, kategori sepakbola] Melihat pertandingan Timnas Indonesia melawan Malaysia di grup B Piala AFF sungguh luar biasa. Bukan karena hasilnya yang juga membuat euforia, tapi karakter permainan yang langsung membayangkan Manchester United saat ini yang ditangangi Ralf Rangnick. Selamat datang era sepak bola menekan lawan lebih dalam (gegenpressing).

Lama tidak menonton pertandingan Timnas Garuda main. Bahkan saat sudah diasuh Shin Tae-young (STY) pun masih malas. Terkadang karena waktunya terbentur dengan aktivitas lain, dan juga belum menemukan semangat agar tertarik.

Karakter

Timnas sudah memainkan beberapa laga dan bahkan sampai membantai beberapa lawan. Namun kesempatan untuk menyaksikan datang ketika melawan Malaysia. Apakah itu panggilan atau rivalitas yang membuat adrenalin tidak ingin melewatkan begitu saja.

Banyak wajah baru di dalam timnas yang dibawa STY pada piala AFF kali ini. Untunglah nama Evan Dimas masih ada dalam daftar. Pemain tipe pengatur yang selalu saya suka. 

Dan benar saja keputusan menontonnya pada Minggu malam kemarin (19/12/21) berbuah manis. Karakter permainan timnas yang tidak memberi ruang kepada pemain Malaysia berkembang, membuat saya kembali bersemangat.

Melihat karakter yang dibawa pemain timnas, tidak salah jika pelatih bergaji 14,2 milyar ini dikontrak federasi. Tentu, prestasi STY juga tidak kaleng-kaleng.

Semoga juara

Rabu malam (22/12), timnas yang lolos babak semifinal dan harus berhadapan dengan Singapura menjadi kali kedua saya menyaksikan laga timnas berlaga.

Perasaan waktu melawan Malaysia masih ada. Saya pikir akan menyenangkan menyaksikannya kali ini.

Meski karakternya tetap ada, skor hasil pertandingan yang berakhir seri 1-1, membuat saya sadar bahwa perjalanan timnas masih panjang.

Karakter sangat penting, namun upaya untuk mendapatkan kemenangan juga lebih penting. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan STY tentunya.

Tidak masalah, saya yakin timnas masihlah salah satu kandidat juara. Masih ada peluang untuk memaksimalkan pemain depan lebih bertaji.

Saya harap, timnas dapat melangkah ke final tentunya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat