Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Itu Tempat Saya (Seharusnya)

[Artikel 69#, kategori Cinta] Kebahagiaan yang saya rasakan awal bulan ternyata hanya bertahan sebentar. Hari ini saya kembali diputar mengitari waktu saat itu. Saya berada disampingnya saat ia bekerja keras, saat hilang semangat dan mengorbankan waktu dan jarak untuknya.

Akhir pekan, 4 Desember 2021, ia resmi memakai topi toga di kepalanya. Meski keluarga tidak datang menghadiri, ia seolah tetap tegar.

Ia sempat mengirimi undangan agar saya datang untuk sekedar mengucapkan selamat kepadanya. Namun tentu saya tolak.

Ia sudah memiliki kekasih, buat apa posisi itu masih diberi? Sekedar menghormati saya yang pernah berjasa, atau pamer bahwa ia berhasil dan sekaligus mengenalkan kekasihnya.

Seharusnya

Saya yang berada disampingnya. Memberi ucapan selamat, memeluknya, ikut tertawa bahagia dan seolah tidak percaya bahwa kita akhirnya sampai di sini. Dan aku adalah bagian dari perjuanganmu.

Sayang, itu hanya imajinasi sesaat yang begitu sesat. Begini rasanya ketika tempat yang seharusnya saya berada di sana diambil oleh orang lain. Perasaan saya mendadak sedih, melow dan ingin sekali berteriak histeris.

Saat melihat gambar mereka, dalam hati berkata 'enak banget kekasihnya yang sekarang. Begitu bangga dengannya, tertawa manja dan ikut bahagia menemaninya'.

Saya? Hanyalah manusia yang kembali kesikan kalinya menjadi bagian proses dari seseorang. Menjadi bayangan, batu loncatan, ikut bahagia saat bahagia dan sebaliknya. Lalu, terlupakan.

...

Selamat menjadi manusia yang bertitle secara resmi. Jangan sia-siakan perjuanganmu yang sudah kamu raih. Banggalah dengan pencapaianmu meski harus berdarah-darah dan menguras air mata.

Terima kasih kamu mengingatku dengan memberi undangan. Maaf, aku tidak datang. Bukan karena aku malas atau tidak senang.

Aku hanya khawatir momen kebahagianmu hanya menjadi luka baru yang harus aku tanggung seumur hidupku.

Kamu bersinar terang, sedangkan aku hanya bayang-bayang yang hilang dalam kegelapan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Kembali ke Jogja: Pulang

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift