Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Itu Tempat Saya (Seharusnya)

[Artikel 69#, kategori Cinta] Kebahagiaan yang saya rasakan awal bulan ternyata hanya bertahan sebentar. Hari ini saya kembali diputar mengitari waktu saat itu. Saya berada disampingnya saat ia bekerja keras, saat hilang semangat dan mengorbankan waktu dan jarak untuknya.

Akhir pekan, 4 Desember 2021, ia resmi memakai topi toga di kepalanya. Meski keluarga tidak datang menghadiri, ia seolah tetap tegar.

Ia sempat mengirimi undangan agar saya datang untuk sekedar mengucapkan selamat kepadanya. Namun tentu saya tolak.

Ia sudah memiliki kekasih, buat apa posisi itu masih diberi? Sekedar menghormati saya yang pernah berjasa, atau pamer bahwa ia berhasil dan sekaligus mengenalkan kekasihnya.

Seharusnya

Saya yang berada disampingnya. Memberi ucapan selamat, memeluknya, ikut tertawa bahagia dan seolah tidak percaya bahwa kita akhirnya sampai di sini. Dan aku adalah bagian dari perjuanganmu.

Sayang, itu hanya imajinasi sesaat yang begitu sesat. Begini rasanya ketika tempat yang seharusnya saya berada di sana diambil oleh orang lain. Perasaan saya mendadak sedih, melow dan ingin sekali berteriak histeris.

Saat melihat gambar mereka, dalam hati berkata 'enak banget kekasihnya yang sekarang. Begitu bangga dengannya, tertawa manja dan ikut bahagia menemaninya'.

Saya? Hanyalah manusia yang kembali kesikan kalinya menjadi bagian proses dari seseorang. Menjadi bayangan, batu loncatan, ikut bahagia saat bahagia dan sebaliknya. Lalu, terlupakan.

...

Selamat menjadi manusia yang bertitle secara resmi. Jangan sia-siakan perjuanganmu yang sudah kamu raih. Banggalah dengan pencapaianmu meski harus berdarah-darah dan menguras air mata.

Terima kasih kamu mengingatku dengan memberi undangan. Maaf, aku tidak datang. Bukan karena aku malas atau tidak senang.

Aku hanya khawatir momen kebahagianmu hanya menjadi luka baru yang harus aku tanggung seumur hidupku.

Kamu bersinar terang, sedangkan aku hanya bayang-bayang yang hilang dalam kegelapan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh