Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

1 Tahun Lalu

[Artikel 67#, kategori Cinta] Pagi ini lagu yang menyayat hati jadi teman kala bersepeda sendiri (memang biasanya sendiri). Bukan soundtrack drama Korea yang biasa, atau mendadak Judika kala terluka. Tapi lagu dari band Naff. Musiknya masih laku di telinga.

Setelah semalam mendengar pengakuannya, entah kenapa sedihnya baru kerasa pagi harinya. Seolah tidak terima, meski saya tahu saya sudah tidak lagi bersamanya. Alias mantan.

Pertemuan 

Setelah menuntaskan kesedihan lewat mata yang berkaca-kaca di jalan, siang harinya tidak sengaja menengok kenangan yang ditawarkan Facebook.

Ternyata tanggal 26 Agustus tahun lalu adalah kenangan bersamanya saat ia akhirnya kembali pulang setelah 6 bulan berpisah.

Gambar bandara yang kembali mempertemukan kami waktu itu seolah mengatakan seharusnya saya bahagia hari ini. Sudah 1 tahun berlalu.

Sayang sekali, bila tahun lalu adalah pertemuan. Tahun ini adalah perpisahan. Tidak menyangka bulan Agustus punya kenangan ini.

Menepi

Kesedihan saya beberapa hari sebelumnya yang masih saya pikirkan jadi bertambah hari ini. Belum lagi kenangan yang ditampilkan kembali.

Saya tidak percaya bahwa apa yang saya jaga, saya pertahankan, harus dilepaskan begitu saja untuknya.

Tidak masalah sebenarnya, mungkin saya saja yang banyak berpikir dan terbawa perasaan.

Menepi, salah satu kata yang ada di lirik lagu Naff. Entah di mana kata itu muncul. Sangat mewakili perasaan hari ini.

Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak akan kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu.

...

Mari menepi dari kehidupan orang lain. Dan biarkan mereka menulis masa depannya sendiri.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya