Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tim Hari Selasa Main 3 Jam

[Artikel 77#, kategori futsal] Setelah minggu pertama bulan Agustus penuh sesak pemain yang bergabung, minggu kedua akhirnya diputuskan penambahan jam main dari yang biasanya 2 jam menjadi 3 jam. Menyenangkan satu sisi karena bisa bermain lebih banyak, tapi akibatnya?

Selasa malam (10/8), saya datang ke tempat futsal dengan bersepeda. Waktunya lebih cepat dari beberapa minggu yang sering terlambat. Apalagi di dalam lapangan juga masih ada yang bermain. 

Pulang malam banget

Ketika diumumkan bermain selama 3 jam, dari jam 7 malam sampai 10 malam, malam ini rasanya pulang akan lebih mengkhawatirkan dari biasanya. 

Terlintas begitu saja, sesuatu yang buruk dapat terjadi. Apalagi pulang dengan bersepeda. Meski terbiasa pulang malam dengan bersepeda, pikiran ini tetap saja memikirkan hal-hal aneh.

Ditambah fisik yang sudah di luar batas kemampuan, lelah kali ini benar-benar terasa. Saya bersyukur selamat sampai di rumah akhirnya.

Sangat lelah

Malam ini rasanya saya dapat 5 kali main di dalam lapangan. Namun hanya sekali dari total bermain, posisi saya bukan seorang kiper. Itu artinya semua pertandingan yang ada sayanya itu menjadi kiper.

Menjadi kiper itu sama melelahkan juga dengan posisi main lainnya. Ditambah harus sering menyelamatkan gawang dari kemasukan bola. Mau tidak mau terus berjibaku.

Karena bukan seorang kiper murni, cedera juga kerap kali menghantui. Penampilan jadinya sering tidak baik, dan cedera di mana-mana.

Tubuh benar-benar lelah, saya harap pulang dengan bersepeda tidak pingsan di jalan. Setelah dua hari beristirahat, saya harap tubuh kembali fit. Karena hari Jumat, kita akan kembali bermain.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh