Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tim Hari Selasa Main 3 Jam

[Artikel 77#, kategori futsal] Setelah minggu pertama bulan Agustus penuh sesak pemain yang bergabung, minggu kedua akhirnya diputuskan penambahan jam main dari yang biasanya 2 jam menjadi 3 jam. Menyenangkan satu sisi karena bisa bermain lebih banyak, tapi akibatnya?

Selasa malam (10/8), saya datang ke tempat futsal dengan bersepeda. Waktunya lebih cepat dari beberapa minggu yang sering terlambat. Apalagi di dalam lapangan juga masih ada yang bermain. 

Pulang malam banget

Ketika diumumkan bermain selama 3 jam, dari jam 7 malam sampai 10 malam, malam ini rasanya pulang akan lebih mengkhawatirkan dari biasanya. 

Terlintas begitu saja, sesuatu yang buruk dapat terjadi. Apalagi pulang dengan bersepeda. Meski terbiasa pulang malam dengan bersepeda, pikiran ini tetap saja memikirkan hal-hal aneh.

Ditambah fisik yang sudah di luar batas kemampuan, lelah kali ini benar-benar terasa. Saya bersyukur selamat sampai di rumah akhirnya.

Sangat lelah

Malam ini rasanya saya dapat 5 kali main di dalam lapangan. Namun hanya sekali dari total bermain, posisi saya bukan seorang kiper. Itu artinya semua pertandingan yang ada sayanya itu menjadi kiper.

Menjadi kiper itu sama melelahkan juga dengan posisi main lainnya. Ditambah harus sering menyelamatkan gawang dari kemasukan bola. Mau tidak mau terus berjibaku.

Karena bukan seorang kiper murni, cedera juga kerap kali menghantui. Penampilan jadinya sering tidak baik, dan cedera di mana-mana.

Tubuh benar-benar lelah, saya harap pulang dengan bersepeda tidak pingsan di jalan. Setelah dua hari beristirahat, saya harap tubuh kembali fit. Karena hari Jumat, kita akan kembali bermain.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya