Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Obrolan Sore; Jangan Jadikan Ngeblog Sebagai Pekerjaan Utama

[Artikel 51#, kategori blog] Orang di depan saya adalah pria muda yang usianya belum genap 25 tahun. Ia lebih sibuk dari saya yang aktivitasnya kurang lebih sama, depan laptop. Sore ini, atas undangannya yang ingin mengobrol, saya datang menemuinya. Ditemani es kopi gula aren, hidup tak semanis apa yang dirasakan.

Minggu sore (15/8), saya berhenti sejenak di pinggir jalan yang ada pompa ban. Kebenaran ban sepeda terasa kempes dan itu terasa berat saat jalan.

Masih ada banyak waktu untuk menuju tempat yang disepakatin. Karena dekat, masih sekitar kawasan Simpang Lima, bersepeda adalah pilihan terbaik. 

Oh saya tak lupa membawa kaos ganti. Karena pasti, keringat bercucuran. Bukan hanya lawan bicara yang tidak enak, diri saya sendiri pun merasakan. Meski kali ini bukan bertemu dengan wanita, mau gimana lagi.

Penasaran

Setelah mengganti pakaian di kamar mandi, saya menuju meja tempat teman saya yang sudah menunggu dari tadi. Es kopi gula aren juga sudah menunggu saya di sana. Ternyata teman saya ini sudah di sini sejak siang hari. Selain karena juga bekerja, ia sepertinya mencintai kebebasan (tempat).

Saya seperti dejavu lagi. Bertemu seseorang yang penasaran dengan apa yang saya kerjakan. Bagaimana saya bisa bertahan sebagai blogger, terutama sisi pendapatan?

Jujur, ini bukan kali pertama pertanyaan itu datang. Hari ini saya bisa bilang bahwa menyebut diri sebagai blogger bukanlah sebuah kebanggaan.

Apa yang saya impikan tentang menjadikan blogger sebagai pekerjaan pada awal mengenal blog ternyata tidak seperti harapan. Apalagi sampai membuatnya menjadi pekerjaan utama.

Jangan jadikan pekerjaan utama

Saya menjawab pertanyaan teman saya tersebut yang begitu penasaran tentang bagaimana cara saya bisa bertahan dengan uang yang pas-pasan. Saya beruntung kata saya.

Saat ini saya bebas dari mikirin uang listrik, bagaimana saya mandi, dan bagaimana saya makan dan tidur. Itu karena saya saat tidak mendapatkan penghasilan, fasilitas itu sudah ada. 

Saya tinggal di rumah yang saya anggap keluarga. Tidak heran tentunya bagaimana saya bisa bertahan meskipun tidak ada uang sama sekali. Selama ada beras, kata saya. Saya bisa terus hidup seperti manusia normal.

Menjadi blogger seperti yang banyak ditulis media kala pandemi sebagai pekerjaan yang dapat menghasilkan uang itu adalah kebabalasan.

Karena dalam ekosistem yang sekarang saya tempati, tidak ada orang yang murni menulis mendapatkan uang dari blognya sendiri. Baca lagi blognya sendiri.

Ada usaha lain yang menunjang atau bahkan blog hanyalah sampingan kala sepi datang (kesibukan). Mungkin ada yang benar-benar full time blogger dan mendapatkan uang, tapi saya yakin itu bukan karena menulis blog pribadi saja.

Usaha lain itu bisa saja menjual template blog, desain, menjalankan marketing online, menulis di tempat lain, membangun identitas yang berbeda hingga menjual produk. Dan masih banyak lagi.

Gunakan kemudahan yang ada 

Jika hanya sebuah sampingan, ngeblog sangat berguna karena ekosistemnya sangat luas dan lebih lama dari orang-orang yang sekarang dimudahkan karena perkembangan media sosial.

Bila ada tawaran pekerjaan utama, ambil saja. Tapi jangan buang aktivitas ngeblogmu. Sedangkan bila kamu yang baru memulai, jangan terpaku bahwa menghasilkan uang bisa menggeluti dengan membuat blog saja.

Ada YouTube, Instagram hingga TikTok. Gunakan kemudahan yang ada tersebut untuk membangun konten yang menarik. Semuanya butuh konsisten dan keunikan tersendiri. Gali lebih dalam bila berpikir ada uang yang ingin dihasilkan dari sana.

...

Orang-orang yang masih berbicara lewat blog sudah tidak sama lagi sekarang. Apalagi di tengah gempuran media sosial yang semakin cantik dari hari ke hari. Jangan heran isinya jika bukan artikel produk, ya kampanye brand.

Kalau ingin menghasilkan uang dari internet, banyak jalan yang bisa dilakukan. Tapi yang terpenting adalah cobalah bangun dari awal dan berdedikasi di sana. Terkadang jalan pintas, bisa membuat kita terjerumus dan tak pantas.

Sampai sini dulu, lain kali saya akan tulis lagi. Sebenarnya banyak yang kami bahas, tapi ini sudah terlalu panjang untuk dibaca. Trims.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh