Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Cokelat dari Malaysia

[Artikel 65#, kategori Cinta] Salah satu oleh-oleh yang dibawanya adalah sekotak cokelat. Bukan hanya satu, tapi dua. Saat itu, bahagia rasanya dan tidak menyangka ia begitu peduli tentang hal-hal kecil yang tidak semua orang bisa lakukan.

Hari ini, akhirnya saya membuangnya. Kotak yang selalu ada di meja kerja dari pertama kali ia datang dari Malaysia. Sangat lama meski isinya sendiri sudah dimakan semua.

Keputusan yang sulit sebenarnya karena kenangannya luar biasa. Dan mungkin akan sulit ditemukan di Indonesia. Saya harap gambar ini akan mengingatkan saya ketika kembali mengingatnya.

Sudah berakhir

Sebenarnya komunikasi kami tidak putus begitu saja. Hanya saja, hubungan kami benar-benar sudah berakhir. Apalagi saat ia bercerita tentang kekasih barunya lagi di awal bulan Agustus. 

Bila dikatakan sebuah prestasi, mungkin benar ia sangat berprestasi ketimbang saya. Saat kami sudah berpisah beberapa bulan lalu dan hingga kini, ia sudah dua kali berpacaran. Sedangkan saya? 

Karena sudah saatnya untuk melepaskan, kotak cokelat ini sebaiknya dibuang saja. Saya rasa dia baik-baik saja meski kenangan cokelatnya dibuang. Toh, dia sudah nyaman dengan pria lain.

Berbeda dengan saya yang selalu memandang kotak cokelat. Senyum yang diberikan, tawa yang ditampilkan hanyalah sebuah topeng diantara sesaknya perasaan yang tidak ingin ditinggalkan.

Selamat tinggal kotak cokelat, maafkan saya yang membuangmu. Semoga perasaan saya lebih baik lagi meski tanpamu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Kembali ke Jogja: Pulang