Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

22 Tahun

[Artikel 63#, kategori Cinta] Saya sudah menandai kalender jauh-jauh hari sebelum hari ulang tahunnya. Bila tahun lalu tanggal kelahirannya berbarengan dengan malam lebaran, tahun ini setelah lebaran. Sayangnya lagi-lagi tak ada kado yang bisa saya berikan. Saya menyesal makan KFC kalau gini. Kan bisa disimpan uangnya untuk momen ini.

Tidak terasa, setahun berlalu dan ceritanya hampir sama. Ia merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya setelah pulang kerja. Kejutan! Ia menghilang kemudian. Dan pukul tiga pagi, baru ia mengabarin. Saya sudah mengerti, pasti pada ramai di tempatnya. 

Minder

Hanya berstatus mantan, entah kenapa perasaan saya tidak nyaman. Mau memaksakan kehendak dengan kesan yang tak terlupakan, yang ada saya hanyalah pemuas belaka dari sisi kebahagiaan. Ia bahagia, sedangkan saya tetap menderita.

Semenjak ia kepergok pulang dengan pria lain dan akhirnya malah terlihat mesra, mungkin jadian karena pesan chatnya sering terlihat, saya seolah sudah tidak berhak mencintainya lagi.

Perasaan minder sangat besar kali ini. Bagaimana bisa dari pasangan jadi mantan lalu malah jadi orang ketiga (nunjuk ke diri sendiri). Saya membenci situasi saya saat itu. Mau memberikan ucapan seolah kiasan. Saya menderita.

Menebus dosa

Karena dompet benar-benar kosong, kecuali uang untuk kucing yang saya sisikan untuk bisa beli 2 bungkus makanan, yang bisa saya lakukan hanya bisa menemaninnya saat pergi kerja.

Saya pikir dengan bersamanya bisa melunakkan perasaannya untuk lebih dewasa dalam bersikap, terutama setelah ulang tahun. Umur 22 tahun memang masih bersemangat, tapi saya harap ia lebih bertanggung jawab.

Hanya itu yang bisa saya lakukan menebus dosa karena tidak memberikannya sesuatu saat ulang tahun. Lebih dekat dengannya dan mendengarkan apa yang ia minta, termasuk bagaimana ia terus mengeluh karna begitu padatnya aktivitas. 

Dukungan yang saya berikan, semoga tidak terkhianati karena sifatnya yang sering berubah.

...

Selamat ulang tahun, sayang.

Meski diriku sudah bukan priamu, setidaknya masih ada yang bisa aku perbuat sebagai mantan.

Doaku, semoga hubungan kalian langgeng. Jangan ada lagi yang tersakiti. Sehat selalu, dan jadilah mandiri yang bertanggung jawab. Kalau bukan dirimu, siapa lagi yang dapat membuatmu sukses.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya