Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Mengikhlaskan

[Artikel 53#, kategori Cinta] Satu bulan sudah hubungan kami setelah putus masih tidak mendapatkan titik temu. Keputusannya sulit diubah. Pilihannya menderita sekarang seolah ia menjadi tokoh jahat seperti di film-film. Mungkin saya benar-benar harus mengikhlaskannya sekarang. 

Hari ini (28/11), tepat satu bulan dan saya masih mencari makna tentang hubungan kami yang tak dapat saya cerna dengan baik. Saya terkejut ketika akun facebook-nya juga ikut dibuat tanpa gambar. Seburuk itukah saya di matanya, atau memang saya seperti sampah (pecundang).

Ikhlas

Saya membuka foto-fotonya di sana. Betapa manisnya saat ia tersenyum tanpa beban. Terutama masa Sekolah dan kuliahnya yang membuatnya terlihat begitu bergairah ala anak muda yang menganggap pertemanan adalah segalanya.

Wajah manis dengan senyum lebar itu kini tak pernah saya dapatkan lagi. Meski ia tetap tersenyum saat membagikannya di media sosial setelah kami putus, namun saat terhubung dengan saya, ia benar-benar menunjukkan bahwa saya sudah tidak diperlukan sebagai prianya.

Saya terus menelusuri senyum manis di album facebooknya. Semakin banyak yang saya lihat, semakin berdosa rasanya apa yang telah saya perbuat hari ini. 

Mungkin sudah seharusnya saya melepaskannya. Tidak mengganggu kehidupannya. Tidak bertanya untuk memberi perhatian kepadanya sambil ngarep balikan.

Saya jadi ingat film India yang judulnya Jalebi. Bagaimana cinta yang akhirnya sudah berada dalam satu ikatan tetap berakhir. Padahal cerita mereka sangat indah. Akhirnya, salah satu pihak tidak menerima sikap yang merasa ditinggalkan begitu saja.

Ketika kita benar-benar mencintai seseorang, kita merasa seolah dikhianati saat hubungan telah berakhir. Bahkan beberapa tahun waktu yang terus berjalan, rasa benci dan rindu yang menjadi satu membuat hidup kita seperti dalam balutan amarah. 

Mungkin sudah saatnya kita melepaskannya dan membuka harapan baru pada orang yang berasal dari masa depan. Sudahi saja konflik batin yang terjadi dan biarkan mati di dalam hati yang lain.

...

Saya harap, bulan Desember dapat saya lewati dengan lebih baik lagi. Meski saya tahu itu tidak mudah karena perjalanan kisahnya selalu sama. 

Dan maafkan saya, sayang, 
Perjuanganku harus diakhiri sampai di sini sekarang, meski tidak memberi dampak besar.
Kebahagiaanmu adalah hal penting. Khususnya senyumanmu yang hilang tiap aku datang.
Hubungan kita sudah tidak bisa dipaksakan ketika salah satu memang sudah menyerah.
Berbahagialah!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions