Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Setidaknya, Sudah Berusaha

[Artikel 13#, kategori Dibalik Layar] Momen yang ditunggu tiba juga setelah beberapa kali dibatalin. Satu sisi, adalah kesempatan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan bertemu orang baru. Saya merasa bahagia tiap acara ini. Namun sisi lain, saya dilema parah.

Minggu pertama bulan November. Hari ini adalah akhir pekan dan tepat sudah 1 minggu saya diputus kembali. Saya memecahkan rekor pribadi setahun lalu.

Sebelum berangkat kegiatan pariwisata jam 9 pagi, saya memutuskan bersepeda lebih pagi. Pergi menuju tempatnya untuk sekedar membelikan sarapan pagi. Saya tahu bahwa dia suka sekali dengan soto.

Keinginan tulus ini juga bukan sekedar ada maksud agar ia melemah dengan sikap arogannya yang menanggung sendiri derita dari pikirannya, tapi juga kebenaran ada rejeki yang didapat beberapa hari sebelumnya.

Dia bagaikan malaikat buat saya. Kebaikannya banyak membantu selama kurang lebih 9 bulan. Saya yang masih belum memiliki kekuatan (harta), setidaknya saat memiliki sedikit, dapat membantunya. Meski itu tidak banyak.

Setidaknya

Saya tahu tidak mudah mengubah keputusannya yang sudah jauh berpikir masa depan. Masalahnya begitu komplit, seolah ia menanggung sendiri.

Padahal dengan berdua, yang saling dukung, seharusnya bisa menguatkan satu sama lain. Sayang, ia tidak memikirkan perasaan saya. Ia memilih menderita sendiri, seolah paling kuat diantara kami.

Saya tidak tahu bagaimana tubuh saya saat nanti berkegiatan. Lelah hari ini karena bolak-balik pergi, hanyalah usaha untuk mencoba memperbaiki hubungan.

Seandainya waktu dapat dimundurkan, saya ingin bilang, ketika kamu ingin berpisah, lakukanlah layaknya manusia. Berikanlah pesta perpisahan agar saat sama-sama berpisah tidak ada perasaan yang tersakiti.

Kaki saya terus menggenjot pedal sambil memikirkan apa yang terjadi hari ini seolah berulang kembali dari masa lalu. Mulai dari putus tanpa pertemuan, pergi begitu saja tanpa pamit, dan tidak ada pesta yang saling berbicara untuk tetap tegar meski berpisah.

Entah sampai kapan saya mengalami penderitaan seperti ini, baik soal urusan cinta hingga hubungan sesama manusia. 

Soto yang saya beli dekat rumahnya sudah terbungkus di keranjang sepeda. Suasana perumahan lumayan sepi saat saya menaruhnya di depan rumah. Semoga ia menerimanya, meski dibuang pun, saya setidaknya, sudah berusaha melakukan sesuatu untuk hubungan kami.

...

Dan akhirnya terbukti, tubuh saya kram semua setelah mandi sebelum berangkat ke kantor pariwisata Jawa Tengah. Belum lagi lelah karena futsal yang belum reda.

Sekujur tubuh terpaksa dipasang koyo. Saya berharap orang-orang yang saya temui nanti tidak menyadari bau koyo dari tubuh ini.

Selamat menikmati sarapan, sayang. 
Semoga yang dilakukan tidak seberapa ini dapat menggugah perasaanmu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions