Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pekerja Keras

[Artikel 14#, kategori keluarga] Saya cemburu dengan mereka. Masih muda sudah bekerja. Dibandingkan saya saat seusia mereka, saya malah berfoya-foya dengan waktu dan hubungan manusia. Bila ada panggung yang menginginkan mereka mendapatkan penghargaan, saya adalah orang pertama yang akan bertepuk tangan.

Saya heran dengan mereka yang muda sekarang. Atau memang mungkin sudah jamannya. Dibalik terselubungnya niat mereka mendapatkan penghasilan, mereka belajar menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung orang lain.

Dunia kerja itu kejam, menjadi baik dan nurut saja tidak cukup. Salah sedikit, langsung mempengaruhi pikiran dan perasaan. Para pekerja keras ini mungkin memang harus ditempa, layaknya membuat pedang yang terus dipukul agar menjadi berkualitas dan tajam.

Mereka tidak mengeluh karena harga perasaan mereka setimpal dengan bulanan yang didapat. Bila ada pun, mungkin waktu mereka bersantai yang jadi alasan para pekerja keras ingin segera berganti tempat kerja. Mereka hanya ingin diberi waktu libur untuk berkumpul. Baik bersama keluarga maupun orang terdekat.

Doa saya untuk mereka, agar tetap tangguh. Langkah kalian sudah lebih maju dari orang biasa. Pengalaman kalian pun lebih banyak dari sekedar pembaca teori orang seperti saya. Dan bersabarlah untuk menikmati prosesnya. Lalu, berhentilah bila semua yang dilakukan sudah tidak dapat dinikmati lagi.

Menjadi orang pekerja keras sangat baik, tapi tetap untuk menikmatinya sebagai manusia. 

*Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun