Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Pesonanya Mampu Mengambil Panggung Wanita Tercantik Saat Itu

[Artikel 51#, kategori Cinta] Dua minggu setelah putus, dia semakin dingin saja sikapnya. Blokir hari ini, besok dan seterusnya. Dia seperti biasa tidak konsisten. Namun saat ia akhirnya mengirimkan pesan, saya senang bahwa ia masih melihat saya sebagai manusia. Mundur ke belakang saat awal kami bertemu.

Februari 2020, dia menyusul datang ke bus kami yang sudah meninggalkan Kota Semarang dan kini, sedang menyantap sarapan pagi di Kopi Banaran. Dia tidak sendiri, ada banyak teman wanita bersamanya. Dan semua berasal dari tempat ia lahir dan besar. Termasuk satu kampus.

Saya tidak memperhatikan dia sepanjang perjalanan setelah akhirnya bus yang kami naiki melaju pergi menuju tempat yang dijadwalkan.

Perhatian saya malah tertuju pada wanita lain yang lebih dulu berpartisipasi sejak awal bertemu. Itu karena wanita ini paling sering bicara dan terlihat sangat dekat dengan rekan-rekan Disporapar. Saya pikir ia bekerja di sana sebagai anak magang, ternyata bukan setelah saya tahu usai kegiatan selama 3 hari ini berlangsung.

Senyum manis yang memikat

Beberapa tempat sudah kami kunjungi, perhatian saya malah tertuju dengan yang lain lagi. Wanita cantik dengan rambut panjang dan kulit yang putih. Wanita ini bahkan menjadi pusat perhatian. Wajar, sih. Bening gitu. Saya malah berharap ada momen untuk bicara dengannya. Maklum, semua pria mendekat kepadanya.

Saya masih bisa menahan diri karena kegiatan kali ini masih membuat saya trauma. Saya harus diam, tak banyak bertingkah seperti biasanya. Saya tidak ingin menjadi pusat perhatian. Dan juga saat itu, saya memang sedang sakit.

Setelah menaruh tas dan beristirahat sejenak di penginapan yang jadi target utama kunjungan, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi tempat lain menggunakan Jeep.

Saya tidak menyangka bahwa dia berada dalam satu kendaraan dengan saya. Mengingat momen ini, saya selalu tersenyum. Jodoh itu indah meski diam sekalipun hanya dalam pandangan.

Sepanjang perjalanan menuju puncak pegunungan, ia adalah orang baik dan ramah. Selalu tertawa seolah tak memiliki beban. Saya sedikit penasaran mengapa ia menunjukkan itu saat itu. 

Senyum itu seolah memiliki beban sendiri, tapi saya masih diam untuk mentaati keinginan hati yang sejak awal untuk tidak mencari perhatian.

Momen lainnya datang tanpa diduga. Ia berbicara dengan saya sambil mengatakan pinjam hape. Dari situ, saya sudah tidak tahan untuk mengenalnya lebih jauh.

Ia berada di atas atap Jeep. Sangat cantik ketika ia benar-benar tersenyum. Es karang yang berada di dalam hati perlahan-lahan mulai mencair. Saya mengaguminya.

Curi pandang 

Kegiatan terus berlanjut hingga malam. Tubuh tidak bisa dibohongi bahwa saya benar-benar lelah dan ngantuk. Kebiasaan tidur cepat selalu jadi pedang bermata dua yang dapat membuat cacat. 

Di tengah kegalauan tubuh yang lelah, saya memperhatikannya. Ia tersenyum meski ia tidak tertawa. Rambutnya yang tidak panjang seperti rekannya, sangat cocok dengan wajahnya. Wanita idaman saya selama ini.

Bila ia diam saja terlihat cantik, lalu saat ia tertawa, sungguh memberi aura berbeda. Saya seperti dalam adegan drama Korea. Wajahnya terlihat memerah dari pipinya. Rambutnya terlihat kupu-kupu dan simbol cinta berwarna pink, apakah dia bidadari?

Malam semakin larut, akhirnya kegiatan selesai juga. Saya berharap bisa berbicara dengannya, tapi ia malah nyelonong pergi entah kemana? Sudahlah, saya pergi tidur saja.

Panggung yang sempurna

Hari kedua yang sudah dalam perjalanan dengan bus kembali, tapi belum pulang ke Semarang. Kami menengok desa wisata yang ada di sekitar. Desa yang sebenarnya pernah saya kunjungi sebelumnya.

Saya belum berbicara dengannya, malah temannya yang banyak dikagumi pria-pria yang sekarang duduk disebelah saya. Ini sempurna, pikir saya yang sejak awal juga ingin ikut ambil bagian dari orang-orang melihatnya.

Wanita yang mungkin tercantik di dalam rombongan kami seperti yang saya ceritakan sebelumnya. Kami mengobrol panjang lebar sepanjang jalan dan tanpa sadar kami tiba juga.

Meski ia terlihat sempurna, saya berharap sebaliknya, dia lah yang harusnya duduk disebelah. Kesempatan itu datang ketika saya memberitahukan bahwa fotonya mau dikirimkan lewat apa? Bluethoot atau pesan (WA)?

Akhirnya dia mendekat, dan di situlah saya mencoba masuk lebih dalam mengenalnya. Entahlah, meski ia berjerawat, saya memandanya bak bidadari. Tawanya yang selalu terdengar merdu di telinga tanpa sadar membuat pesonya terus saya pikirkan.

Pohon Pinus

Ketika kami berada di Pohon Pinus, saya terus berusaha mendekatinya. Dan itu berhasil. Kami memiliki momen berdua dengan cara berfoto ria. Saya memiliki banyak foto dirinya yang membuat saya selalu melihatnya.

Ekspresinya yang kala diam terlihat angkuh yang membuat jiwa saya terus memberontak. Sedangkan saat ia mengeluarkan senyumnya, sudahlah saya benar-benar jatuh cinta hari itu kepadanya.

Ia begitu sempurna. Pesonanya mampu mengambil panggung wanita tercantik yang banyak dikagumi para pria saat itu. Dunianya terlihat indah, meski saya tahu ia sedang menanggung beban. Saya ingin mendengarnya, memberinya kekuatan dan menjaganya agar dia selalu tersenyum.

Andai, saya bisa kembali ke momen ini.

...

Kini, kembali ke waktu sekarang, Dia benar-benar membuat saya pergi. Ia tidak ingin berbicara dengan saya, membalas chat, dan bahkan bertemu sekalipun.

Ketakutannya tentang masa depan memang wajar karena masalah hubungan ini bukan tentang sekedar cinta dan kasih sayang. Ada hal besar yang membuatnya tidak ingin hubungan kami terluka terlalu dalam.

Tapi, biarkan saya dulu melepas dengan ikhlas. Berpesta atas perayaan hubungan yang putus, dan menjadi manusia yang berbeda dengan kekuatan masing-masing. Saya ingin bertemu dengannya.

Minggu kedua, saya belum bisa move on hari ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh