Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

7 Tahun Pacaran, Akhirnya Putus Juga

[Artikel 59#, kategori Pria Seksi] Saya sebenarnya memiliki banyak cerita tentang hubungan yang seperti judul tulisan ini. Namun entah kenapa, momennya kali ini bertepatan dengan kisah asmara saya baru-baru ini. Dan kisah ini baru diceritakan oleh seseorang kepada saya saat kami bertemu.

Dia adalah pria yang dari kacamata saya adalah mampu dan kuat dari sisi finansial. Bila ingin menikah pun rasanya mudah, tak terkendala dana. Apalagi selain pekerjaannya yang saya anggap menarik, ia memiliki usaha yang dibangunnya pada saat pandemi bersama temannya. 

Pria sempurna 

Saya kemudian membandingkannya dengan diri saya yang ibarat bagai langit dan bumi. Benar-benar jauh, termasuk umur yang juga terpaut jauh antara dia dan saya. Pria muda yang bakal membuat para wanita bahagia. Andai saya sesukses itu sebagai pria saat berusia di bawah 30 tahun. 

Namun ketika ia berbicara hubungan asmara, wajahnya tidak menutupi bahwa ia menderita dan menyedihkan. Saya yang mendengar bahwa ia telah memiliki hubungan sejak masa SMA, jadi prihatin juga. Bandingkan dengan saya yang belum genap setahun, sudah merasa seolah dunia runtuh karena diputusin tiba-tiba.

Dia, teman yang saya kenal karena aktivitas ngeblog, malah lebih menderita dari saya. Membayangkan 7 tahun berpacaran dan kedua keluarga sudah sangat dekat, bagaimana perasaannya? Saya, benar-benar super galau andai berada diposisinya. Mungkin akan berdoa sama Tuhan agar bisa mengembalikan diri saya mundur ke belakang untuk mengubah keadaan.

Gila aja, 7 tahun itu bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi rencana menikah yang seharusnya dilaksanakan tahun ini, terpaksa mundur karena pandemi datang. Dan di sanalah mereka berpisah.

Bekerja, alasan yang sama

Lupakan bagaimana kami para pria menjadi melow karena putus cinta. Satu hal yang saya tangkap adalah mereka putus saat si wanita mulai bekerja dan mulai menjadi tenar.

Mendadak saya seperti dipanah dari lokasi yang tidak diketahui yang langsung menembus kepala saya. 'Kok kurang lebih sama ceritanya dan akhirannya?'

Pasangan saya pun melakukannya saat ia akhirnya bekerja. Keinginan kuatnya yang ingin saya imbangi dengan pengorbanan, malah diakhiri dengan alasan yang selama ini dibiarkan, mengalir seperti air. Saya mengerti bahwa ia juga menderita dan ingin berubah, tapi...ah sudahlah.

...

Saya tahu bahwa saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dia, teman saya ini. Saya seperti butiran debu dimatanya dan tak layak menangis karena cuma hal seperti itu.

Tapi, saya bangga dengannya yang mau menceritakan sesuatu yang rasa sulit diutarakan. Apalagi, kami tidaklah dekat sebagai teman. Hanya rekan sesama pekerja yang memiliki hubungan timbal balik saja.

Sekuat apapun pria, saya yakin dia pun menangis dalam hatinya. Bagi pria, menangis adalah kelemahan yang paling bawah. Saya harap, setiap pria memiliki kekuatan ketika menghadapi dilema seperti kisah ini.

Tidak apa-apa, kamu baik-baik saja, kok. Menangislah bila itu membuatmu sedih. Dan bangunlah setelah itu, karena tangisanmu tidak berarti bagi wanita yang merasa sangat tersakiti. Ia tidak akan kembali, kecuali masih memiliki hati sebagai manusia.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions