Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Rumah yang Terasa Mengerikan

[Artikel 1#, kategori healing] Saya telah berusaha. Bahkan menuliskan kesedihan saya sebagai proses kesehatan mental yang biasa dilakukan saat merasa sedih, depresi maupun mengingat seseorang. Nyatanya, ini lebih parah dari koronavirus. Rumah penuh dengan kenangan dirinya. Saya berharap dia datang dan membantu saya hari ini.

Setiap sudut, kamar, kamar mandi, dapur dan bahkan halaman belakang, adalah tentang dia. Salah saya sebenarnya yang satu tahun selalu minta ditemanin. Dan akhirnya kala ada teman, sekarang kembali sendirian, yang diingat hanya dia.

Perasaan saya melow, ada banyak kekhawatiran. Beruntungnya, manajamen pekerjaan saya tidak terganggu. Dan semoga tidak bila trauma ini tidak lekas pergi. 

Saya merasa kejadian ini mengulang terus kejadian dari masa lalu. Entah dosa apa di kehidupan sebelumnya, apakah mereka tidak sedih dari akibat meninggalkan seseorang yang pernah berharga kehidupan sebelumnya.

Tidak mudah menjadi orang yang ditinggalkan ketika semua kenangan dilalui bersama-sama. Tulisan ini mendadak saya tulis karena perasaan mendadak galau lagi. Saya harap ini bisa mengatasi perasaan saya.

Traumatic life events engulf us in chaos and uncertainty. Often, as a coping mechanism, we shut out the world and withdraw within ourselves. By psyche.co.

*Gambar hanya ilustrasi

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

Review Film Tum Bin 2 (2016)