Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Rumah yang Terasa Mengerikan

[Artikel 1#, kategori healing] Saya telah berusaha. Bahkan menuliskan kesedihan saya sebagai proses kesehatan mental yang biasa dilakukan saat merasa sedih, depresi maupun mengingat seseorang. Nyatanya, ini lebih parah dari koronavirus. Rumah penuh dengan kenangan dirinya. Saya berharap dia datang dan membantu saya hari ini.

Setiap sudut, kamar, kamar mandi, dapur dan bahkan halaman belakang, adalah tentang dia. Salah saya sebenarnya yang satu tahun selalu minta ditemanin. Dan akhirnya kala ada teman, sekarang kembali sendirian, yang diingat hanya dia.

Perasaan saya melow, ada banyak kekhawatiran. Beruntungnya, manajamen pekerjaan saya tidak terganggu. Dan semoga tidak bila trauma ini tidak lekas pergi. 

Saya merasa kejadian ini mengulang terus kejadian dari masa lalu. Entah dosa apa di kehidupan sebelumnya, apakah mereka tidak sedih dari akibat meninggalkan seseorang yang pernah berharga kehidupan sebelumnya.

Tidak mudah menjadi orang yang ditinggalkan ketika semua kenangan dilalui bersama-sama. Tulisan ini mendadak saya tulis karena perasaan mendadak galau lagi. Saya harap ini bisa mengatasi perasaan saya.

Traumatic life events engulf us in chaos and uncertainty. Often, as a coping mechanism, we shut out the world and withdraw within ourselves. By psyche.co.

*Gambar hanya ilustrasi

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun