Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tantangan Bulan November, Putus yang Ke-9 Kali

[Artikel 58#, kategori Pria Seksi] Meski kata 'putus' tidak asing ditelinga, karena sudah kedelapan, dan ini jadi kesembilan, saya langsung terdiam. Pergi meninggalkan percakapan. Ditambah suasananya awal bulan, bukan sedih yang saya rasakan. Tapi amarah. Ia seolah mencari perahu sendiri agar selamat. Meninggalkan saya di pulau dengan kesepian.

Saya terbangun dari kesunyiaan malam. Menatap layar, apakah dia sudah pulang. Setelah terhubung beberapa saat, rasa khawatir pun hilang. Tunggu sebentar katanya yang ingin mencuci muka setelah pulang. Tanpa sadar, pesan berikutnya yang belum terbaca adalah kata putus.

Sontak saja, saya yang masih seger dan beranjak pindah meja kerja, mendadak lemas. Tidak ada perlawanan, hanya tatapan kosong. Udara mendadak dingin yang biasanya jam 2 pagi terasa panas.

Saya benar-benar tanpa persiapan, dan langsung diputus.

Tidak ada kesepatakan kedua belah pihak. Begitu mudah kata itu keluar lagi. Tidak ada pertimbangan, pertemuan dan hal lain untuk membuatnya mendengarkan. Ia seakan menutup mata.

Jangan tinggalkan aku

Saya baru mengeluarkan ide-ide dalam pikiran. Pekerjaan yang harus bangun dini hari tanpa sadar langsung tersendat. Tidak lagi gairah, hanya tetesan air mata dengan mengumpat 'segitunya'. Apakah saya boneka? Saya juga punya perasaan.

Kali ini seriusnya berbeda dengan sebelumnya tiap ia mengatakan putus. Meski saya tidak ingin putus, lawong tidak ada masalah sebelumnya, kok mendadak mulu.

Saya berharap mendapatkan keajaiban. Ia datang, setidaknya. Berbicara dengan baik, semisal ingin putus. Tidak dengan menyelamatkan diri sendiri karena saya dianggap kurang peduli. 

Nasi sudah jadi bubur. Ia semakin kekeh dengan keputusannya. Apakah awal bulan November, saya benar-benar ditinggalkannya? Ini menjadi tantangan yang tidak mudah untuk saya.

Sepertinya setia saja tidak cukup. Wanita berharap sebuah kepastian, padahal yang menikah saja, kepastian bisa dilepaskan. 

don’t leave me alone

always be here

don’t leave me alone

why don’t you stay

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun