Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Solat Idulfitri: Jalan Kaki dari Rumah

[Artikel 12#, kategori Lebaran] Karena sepeda sedang berada di tempat lain, solat idulfitri kali ini saya niatkan dengan jalan kaki. Selain ingin menggerakkan tubuh yang beberapa hari kaku, juga untuk melihat sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Tahun 2020, karena anjuran pemerintah untuk meniadakan solat idulfitri, saya tidak solat. Padahal di dekat rumah rasanya ada yang menyelenggarakan solat idulfitri. Saya termakan isu dan sudah duluan lesu.

Akhirnya solat juga

Meski tahun ini puasa saya tidak sesempurna tahun lalu, momen solat idulfitri adalah paling ditunggu. Niat saya berjalan kaki adalah bagaimana semangat itu timbul karenanya. 

Cerita lebaran kali ini dibarengi juga dengan anjuran pemerintah yang melarang mudik. Lebih ketat dari tahun sebelumnya. Tapi tetap saja, masih ada orang-orang yang berusaha menerobos agar bisa pulang ke tempat asal masing-masing.

Lupakan para pemudik, toh ada yang mengurusin. Lagian saya juga tidak akan mudik. Fokus dengan bagaimana saya akhirnya berjalan kaki menuju Masjid Agung Jawa Tengah.

3,2 Kilometer

Rencana saya akan pergi pukul 5 pagi dini hari. Namun kenyataannya, saya malah keluar rumah sudah setengah 6 pagi. Karena berpikir takut telat, langkah saya lebih cepat dari jalan kaki yang niatnya bisa santai.

Melewati beberapa masjid yang juga sedang melaksanakan solat id, saya terus melangkah menuju lokasi. Entah apa yang dipikirkan orang-orang yang melintas, setidaknya saya tidak berbuat jahat.

Cuaca langit Semarang sangat mendukung. Langit terlihat biru yang ditutupi sebagian awan putih. Jalanan yang masih sepi, memanjakan mata yang tak ingin sesak.

Saat selesai solat dan sudah kembali ke rumah, saya mengecek aplikasi kesehatan yang merekam segala aktivitas langkah saya. Ya, jarak tempuhnya adalah 1,6 km perjalanan dari rumah ke masjid. Bila bolak-balik, tinggal dikalikan 2 saja.

Sehat selalu buat tubuh ini yang tidak muda lagi. Lebaran kali ini punya cerita sendiri meski tubuh berkeringat seperti mandi.



Saya senang bisa melakukan dengan cara berbeda hari ini.

Selamat Idulfitri 1442 H, mohon maaf lahir dan batin.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh