Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal Pertama di Bulan Ramadan, Esoknya Malah Gagal Puasa

[Artikel 98#, kategori futsal] Futsal pertama bulan April jatuh pada tanggal 5 April. Ya, ini adalah hari Selasa. Puasa hari ketiga di bulan Ramadan. Sayangnya, esok harinya saya malah gagal puasa (hari keempat). Betapa rapuhnya iman saya.

Ternyata proses adaptasi saya kali ini tidak mudah. Semenjak hari kedua puasa, undangan berbuka puasa di hotel-hotel silih ganti berdatangan. Seharusnya saya lebih baik tentunya.

Hanya saja, semua di luar skenario dari proses adaptasi yang saya coba terapkan. Intinya saya gagal.

Gak sahur

Alasan saya akhirnya bocor puasanya karena nggak sahur. Saya bangunnya kesiangan, yaitu jam 5 pagi. 

Saya tidak menyangka pulang futsal hingga jam 11 malam sangat berdampak dengan pola jam bangun saya yang biasanya aman-aman saja.

Saya lupa ini puasa dan setelah pulang futsal, lalu beres-beres (mandi), saya tidak makan sama sekali. Nyaris isi perut saya kosong dan kenyang pun karena sisa buka bareng di hotel sebelumnya.

Niatnya setelah bangun jam 5, saya ingin tetap berpuasa. Namun saat waktu terus berjalan, tubuh saya benar-benar lemes.

Lapar ini benar-benar buat kepala pusing. Kurangnya air membuat tubuh saya lemes. Apalagi banyak aktivitas di rumah yang harus dikerjakan dan sore harinya ada kegiatan.

Sebuah alasan tentunya hanya untuk membenarkan diri yang tanpa sadar, memang saya belum siap. Keimanan saya masih sangat rendah meski umur saya sudah dewasa.

Futsal

Futsal pertama di bulan puasa adalah hari Selasa. Saya lagi-lagi jadi kiper. Menahan rasa sakit dari cedera yang tidak sembuh-sembuh.

Beberapa teman saya bercanda tentang sarung tangan yang saya kenakan. Itu terlalu besar kata mereka. 

Ya, mau gimana lagi. Sarung tangan ini diberikan kiper kami yang sekarang sudah punya sarung tangan baru. Ia menganggap saya penuh harap bahwa posisi saya bisa menjadi kiper.

Akhir waktu, menjelang usai, saya mendapatkan kesempatan bermain. Ternyata puasa sangat berdampak. Tubuh saya lelah sekali, tidak banyak gerak.

Setelah peluit dibunyikan oleh penjaga lapangan futsal, saya langsung terkulai lemes di pinggir lorong area futsal.

Deg-degan, suara jantung saya terdengar lebih cepat. Kepala saya pusing. Dan butuh waktu lama untuk saya memejam mata, seolah yang dilihat orang-orang, saya sedang enak tiduran.

Dan di sinilah awal mula akhirnya turut berdampak pada saat seharusnya sahur, saya malah tidur.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya