Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Pertama di Bulan Ramadan, Esoknya Malah Gagal Puasa

[Artikel 98#, kategori futsal] Futsal pertama bulan April jatuh pada tanggal 5 April. Ya, ini adalah hari Selasa. Puasa hari ketiga di bulan Ramadan. Sayangnya, esok harinya saya malah gagal puasa (hari keempat). Betapa rapuhnya iman saya.

Ternyata proses adaptasi saya kali ini tidak mudah. Semenjak hari kedua puasa, undangan berbuka puasa di hotel-hotel silih ganti berdatangan. Seharusnya saya lebih baik tentunya.

Hanya saja, semua di luar skenario dari proses adaptasi yang saya coba terapkan. Intinya saya gagal.

Gak sahur

Alasan saya akhirnya bocor puasanya karena nggak sahur. Saya bangunnya kesiangan, yaitu jam 5 pagi. 

Saya tidak menyangka pulang futsal hingga jam 11 malam sangat berdampak dengan pola jam bangun saya yang biasanya aman-aman saja.

Saya lupa ini puasa dan setelah pulang futsal, lalu beres-beres (mandi), saya tidak makan sama sekali. Nyaris isi perut saya kosong dan kenyang pun karena sisa buka bareng di hotel sebelumnya.

Niatnya setelah bangun jam 5, saya ingin tetap berpuasa. Namun saat waktu terus berjalan, tubuh saya benar-benar lemes.

Lapar ini benar-benar buat kepala pusing. Kurangnya air membuat tubuh saya lemes. Apalagi banyak aktivitas di rumah yang harus dikerjakan dan sore harinya ada kegiatan.

Sebuah alasan tentunya hanya untuk membenarkan diri yang tanpa sadar, memang saya belum siap. Keimanan saya masih sangat rendah meski umur saya sudah dewasa.

Futsal

Futsal pertama di bulan puasa adalah hari Selasa. Saya lagi-lagi jadi kiper. Menahan rasa sakit dari cedera yang tidak sembuh-sembuh.

Beberapa teman saya bercanda tentang sarung tangan yang saya kenakan. Itu terlalu besar kata mereka. 

Ya, mau gimana lagi. Sarung tangan ini diberikan kiper kami yang sekarang sudah punya sarung tangan baru. Ia menganggap saya penuh harap bahwa posisi saya bisa menjadi kiper.

Akhir waktu, menjelang usai, saya mendapatkan kesempatan bermain. Ternyata puasa sangat berdampak. Tubuh saya lelah sekali, tidak banyak gerak.

Setelah peluit dibunyikan oleh penjaga lapangan futsal, saya langsung terkulai lemes di pinggir lorong area futsal.

Deg-degan, suara jantung saya terdengar lebih cepat. Kepala saya pusing. Dan butuh waktu lama untuk saya memejam mata, seolah yang dilihat orang-orang, saya sedang enak tiduran.

Dan di sinilah awal mula akhirnya turut berdampak pada saat seharusnya sahur, saya malah tidur.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh