Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kebangkitan Futsal

[Artikel 95#, kategori futsal] Kamis terakhir di bulan Februari jatuh pada tanggal 24 Februari. Ada sesuatu waktu itu yang membuat perasaan saya begitu tenang dan bahagia. Seolah saya dibangkitkan kembali. Mirip cerita-cerita dalam komik.

Saya cukup tenang di lapangan semenjak berganti posisi dari kiper menjadi pemain biasa. Aliran bola mengalir seperti apa yang saya pikirkan.

Menguasai jalannya pertandingan dan para pemain untuk mengikuti alur yang saya mainkan. Perasaan yang lama hilang ini terasa membahagiakan.

Saya menyukai momen ini.
Sebuah kebangkitan!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat