Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

3 Kali Ke Bengkel

[Artikel 28#, kategori sepeda] Awal bulan Februari terasa berat karena menggeret sepeda yang ban belakangnya mendadak meledak sendiri. Mau tidak mau, harus ganti luar dalam. Perih sekali rasanya merogoh kocek kali ini.

Tidak ada yang gratis di muka bumi, prinsip yang rasanya cocok kali ini. Saya pikir, punya sepeda tidak ribet mengurusin biaya rawatnya. Jangan heran sepeda saya semakin rapuh dan dekil karna pikiran itu (soal merawat).

3 kali ke bengkel

Saya pikir setelah orang-orang sudah pulang (keluarga), beban yang saya rasakan sudah hilang. Ternyata tidak demikian.

Ban sepeda saya kembali pecah. Bedanya dengan bulan September tahun 2021, kali ini pecah sendiri saat saya naiki. Sedangkan dulu, karena dipompa (kebanyakan angin).

Untunglah saya sudah punya tujuan baru (bengkel). Tidak repot dan juga dekat dengan rumah. 

Ban sepeda bagian belakang saya divonis harus ganti luar dalam oleh si Mbah yang punya bengkel. Mau tidak mau, saya pasrah menerimannya.

Setelah dipasang dan kembali berjalan normal, ternyata ban masih bermasalah. Si Mbah memasangnya kurang kencang. Ada benjolan yang keluar dari samping.

Saya kembali membawanya kembali ke bengkel si Mbah. Diutak-atik sedikit, dan berhasil normal kembali.

Beberapa hari kemudian, masalah kembali muncul. Dan ini adalah ketiga kalinya saya mendatangi beliau. Entahlah, apa memang kudu ganti sepeda baru jika begini terus.

...

Sekarang sudah normal kembali. Beberapa hari tidak bersepeda rasanya ada yang hilang. Tapi, tetap saja rasa khawatir akan kembalinya masalah menghantui tiap langkah, eh mengayuh maksudnya.

Semoga ini terakhir kalinya bermasalah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat