Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya Ke Jogja Juga

[Artikel 100#, kategori catatan] Yang dihindari, malah datang menghampiri. Jika selama ini hanya melihat orang bawah pergi ke Jogja beberapa tahun terakhir, sekarang malah saya yang mau tidak mau akhirnya ke Jogja juga. Bismillah.

Langit seperti merestui kepergian saya dan pemilik rumah pergi ke Jogja hari ini, Rabu pagi (2/2), di awal bulan Februari. Karena sudah punya SIM A, saya yang menyetir dari Kota Semarang sampai tujuan (Jogja).

Akhirnya

Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Yang menjadi berbeda dan menarik untuk saya ceritakan adalah tentang akhirnya. Semua kisah berubah 180 derajat ketika si orang bawah pindah kerja. Sekarang dia ada di Purwokerto

Saya yang lebih senang berdiam di rumah, mau tidak mau harus menggantikan tugasnya untuk pulang pergi ke Jogja kala si pemilik rumah datang atau pulang ke Samarinda.

Menarik nafas...duh.

Bicara dalam perjalanan

Saya menikmati perjalanan pulang pergi. Banyak cerita yang kami diskusikan dari yang tidak penting hingga yang penting. Dengan perjalanan ini saya jadi tahu update tol terbaru yang selama ini hanya itu-itu saja.

Yang paling menyenangkan dalam perjalanan adalah saat pulang. Saya tidak mengarahkan kendaraan masuk ke tol, malah ambil jalan biasa yang menghabiskan waktu 4 jam lebih.

Karena ada orang yang numpang dan tinggal juga di Kota Semarang, perjalanan terasa lebih cepat karena banyak hal kami bicarakan. Menyenangkan juga.

...

Selalu ada yang dikorbankan ketika ada yang dipilih. Saat perjalanan dan nginap 1 hari di Jogja, beberapa kegiatan di Kota Semarang terpaksa dilepas.

Termasuk pekerjaan yang keteteran karena waktunya banyak dihabiskan untuk slot yang lain.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat