Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Purwokerto

[Artikel 34#, kategori Amir] Ada perasaan lega ketika seseorang keluar dari hidup kita. Namun disaat itu juga, ada beban yang ditinggalkan. Aneh memang, sebenarnya apa yang diharapkan. Kini, masa lalu itu benar-benar sudah ditinggalkan. Semoga kita semua selalu bahagia.

Orang yang paling saya percayai dan saya bawa untuk membantu dotsemarang terbang tinggi akhirnya jadi orang terakhir yang meninggalkan Ibu Kota Jawa Tengah.

Semenjak ia menerima fasilitas yang seharusnya ia bicarakan dulu kepada saya, sejak itu rasa hormat saya sudah hilang. Dan kini, saya benar-benar percaya bahwa orang baik itu tidak akan pernah ada yang setia. Selama kesempatan datang untuk menyelematkan.

Purwokerto

Kota yang pernah saya lewati tapi tak pernah disinggahi. Saya jadi ingat waktu dulu saat bersamanya melewati Kota ini setelah menghadiri undangan dari rekan blogger dari Banyumas.

Ternyata jodohnya Ibu Kota Kabupaten Banyumas ini adalah dia. Pekerjaan yang mengharuskannya pergi disertai jabatan tinggi meninggalkan beban tersendiri. Dengan berkendara motor, ia melenggang pergi (8/1/21).

Semenjak menjadi bagian rumah di sini, ia memang bukan lagi orang yang saya kenal saat tangan saya membawanya kembali ke Kota Semarang.

Sikapnya yang hanya menuruti orang-orang rumah, mau tidak mau memberi beban baru kepada saya yang sudah memutuskan hidup dalam kesunyian.

Tugas satu rumah yang sudah dikerjakan bertahun-tahun, kini bertambah dengan tugas-tugas manusia yang patuh terhadap ajakan. Antara tantangan atau juga sebuah tanggung jawab yang dipaksa berat.

...

Bismillah, semoga saya kuat. Dan selamat pindah ke tempat baru. Orang-orang melihatmu sebagai orang baik, jangan sampai orang-orang melihat buntut di belakangmu.

Mari kembali bekerja keras, dotsemarang!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh