Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Purwokerto

[Artikel 34#, kategori Amir] Ada perasaan lega ketika seseorang keluar dari hidup kita. Namun disaat itu juga, ada beban yang ditinggalkan. Aneh memang, sebenarnya apa yang diharapkan. Kini, masa lalu itu benar-benar sudah ditinggalkan. Semoga kita semua selalu bahagia.

Orang yang paling saya percayai dan saya bawa untuk membantu dotsemarang terbang tinggi akhirnya jadi orang terakhir yang meninggalkan Ibu Kota Jawa Tengah.

Semenjak ia menerima fasilitas yang seharusnya ia bicarakan dulu kepada saya, sejak itu rasa hormat saya sudah hilang. Dan kini, saya benar-benar percaya bahwa orang baik itu tidak akan pernah ada yang setia. Selama kesempatan datang untuk menyelematkan.

Purwokerto

Kota yang pernah saya lewati tapi tak pernah disinggahi. Saya jadi ingat waktu dulu saat bersamanya melewati Kota ini setelah menghadiri undangan dari rekan blogger dari Banyumas.

Ternyata jodohnya Ibu Kota Kabupaten Banyumas ini adalah dia. Pekerjaan yang mengharuskannya pergi disertai jabatan tinggi meninggalkan beban tersendiri. Dengan berkendara motor, ia melenggang pergi (8/1/21).

Semenjak menjadi bagian rumah di sini, ia memang bukan lagi orang yang saya kenal saat tangan saya membawanya kembali ke Kota Semarang.

Sikapnya yang hanya menuruti orang-orang rumah, mau tidak mau memberi beban baru kepada saya yang sudah memutuskan hidup dalam kesunyian.

Tugas satu rumah yang sudah dikerjakan bertahun-tahun, kini bertambah dengan tugas-tugas manusia yang patuh terhadap ajakan. Antara tantangan atau juga sebuah tanggung jawab yang dipaksa berat.

...

Bismillah, semoga saya kuat. Dan selamat pindah ke tempat baru. Orang-orang melihatmu sebagai orang baik, jangan sampai orang-orang melihat buntut di belakangmu.

Mari kembali bekerja keras, dotsemarang!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat