Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kompak! Real Madrid dan MU Mengawali Tahun 2022 dengan Kekalahan

[Artikel 12#, kategori Real Madrid] Tidak ada yang benar-benar mengharapkan tim favorit mereka mendapatkan hasil buruk atau kalah. Namun jika semua tim favorit kalah, sepertinya ada yang salah. Ada apa dengan Madrid dan Manchester United?

Lama juga tidak memposting Real Madrid di blog. Terakhir kali pada bulan Mei 2021. Madrid saat itu sedang kalah melawan Chelsea dan gagal lolos ke final.

Mengawali awal tahun 2022, ini adalah tulisan pertama tentang Real Madrid. Sayang tidak mulus di awal. 

Bertandang ke kandang Getafe, Madrid keok dengan skor 1-0. Mungkin pengaruh kandang lawan dan masih suasana tahun baru? Entahlah.

Manchester United ikut keok

Selang beberapa hari kemudian, giliran Manchester United bermain melawan Wolves di kandang sendiri, Selasa dini hari (4/1).

Di atas kertas, seharusnya tim bisa mengalahkan dan apalagi dukungan suporter yang besar di dalam stadion.

Sial, malah ikutan tergelincir. MU kalah 1-0 dari Wolves. Kegagalan ini juga memperlihatkan bagaimana strategi Rangnick tidak berjalan sama sekali.

Jika begini, yang salah bukan pelatih. Pemain seolah bermain setengah hati. Ini berbeda dari awal-awal kedatangan Rangnick.

Entahlah, ada apa dengan para pemain. Apakah filosofinya tidak dipahami atau maunya diberi waktu terus. Mau sampai kapan?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat