Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kompak! Real Madrid dan MU Mengawali Tahun 2022 dengan Kekalahan

[Artikel 12#, kategori Real Madrid] Tidak ada yang benar-benar mengharapkan tim favorit mereka mendapatkan hasil buruk atau kalah. Namun jika semua tim favorit kalah, sepertinya ada yang salah. Ada apa dengan Madrid dan Manchester United?

Lama juga tidak memposting Real Madrid di blog. Terakhir kali pada bulan Mei 2021. Madrid saat itu sedang kalah melawan Chelsea dan gagal lolos ke final.

Mengawali awal tahun 2022, ini adalah tulisan pertama tentang Real Madrid. Sayang tidak mulus di awal. 

Bertandang ke kandang Getafe, Madrid keok dengan skor 1-0. Mungkin pengaruh kandang lawan dan masih suasana tahun baru? Entahlah.

Manchester United ikut keok

Selang beberapa hari kemudian, giliran Manchester United bermain melawan Wolves di kandang sendiri, Selasa dini hari (4/1).

Di atas kertas, seharusnya tim bisa mengalahkan dan apalagi dukungan suporter yang besar di dalam stadion.

Sial, malah ikutan tergelincir. MU kalah 1-0 dari Wolves. Kegagalan ini juga memperlihatkan bagaimana strategi Rangnick tidak berjalan sama sekali.

Jika begini, yang salah bukan pelatih. Pemain seolah bermain setengah hati. Ini berbeda dari awal-awal kedatangan Rangnick.

Entahlah, ada apa dengan para pemain. Apakah filosofinya tidak dipahami atau maunya diberi waktu terus. Mau sampai kapan?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh