Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal Hari Selasa, Cedera Tangan

[Artikel 89#, kategori futsal] Setelah sempat absen Selasa minggu lalu karena hujan, hari Selasa ini (18/1), terasa menggembirakan. Sayangnya, perasaan itu ternodai dengan pergelangan tangan yang cedera karena salah menahan bola.

Sempat hujan kembali mengguyur Kota Semarang sore hari. Semoga saja tidak berlanjut hingga malam hari. Khawatir, tentu saja karena Selasa kemarin sudah gak jadi main.

Tangan kanan

Semua baik-baik saja awalnya. Beberapa kali penyelamatan gemilang membuat saya tidak salah memilih posisi penjaga gawang meski sebenarnya posisi terbaik adalah bukan kiper.

Tendangan kencang berhasil diblok, sundulan yang sempat mengecoh, sudah berhasil diantisipasi. Termasuk gerakan penyerang yang posisinya selalu berada di depan. Tipe yang tidak banyak bergerak, namun punya peluang 80% untuk mencetak gol.

Praha akhirnya datang. Bola yang berhasil diumpan ke Pak Eko dari rekannya, langsung disosor dengan tendangan ujung sepatu. Argghh... sakit sekali. 

Saya sempat terkapar memegang pergelangan tangan yang sangat sakit. Bola memang bisa ditepis, dan permainan masih berlanjut, sedangkan saya meringis kesakitan.

Sebenarnya saya sudah antisipasi dari posisi yang tepat. Namun sepertinya tendangan begitu kencang yang jaraknya kurang dari 2 meter. 

Posisi tangan menapak ternyata membuat pergelangan saya nyeri sekali. Seharusnya itu ditindu atau dibuang ke samping. Kalau menulis ini tentu bisa mikir, tapi saat di lapangan? Apalagi dengan jam terbang saya yang masih bau kencur.

Gambar ini ilustrasi, bukan diambil saat hari Selasa kemarin. Ini foto bulan November 2021.

...

Tidak menyenangkan cedera. Tapi tetap bersyukur jari jemari masih bisa menulis seperti di halaman ini. Namun untuk memegang barang yang berat, sangat nyilu. 

Setelah hari Selasa, saya akan kembali bermain hari Kamis. Hanya ada 2 hari untuk menginstirahatkan tangan yang cedera. Semoga saja sudah baikan esok harinya.

Kamis dipastikan saya tidak akan mengambil posisi jadi kiper. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat