Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Pengen Pensiun Jadi Kiper

[Artikel 90#, kategori futsal] Selasa terakhir di bulan Januari ini ada cerita yang kurang baik saat bermain futsal. Cedera pergelangan tangan dari minggu lalu ternyata kembali kambuh saat main hari ini (25/1). Rasanya ingin pensiun saja, dan mengubah posisi bermain.

Sempat bermain hingga 2 kali putaran dan baik-baik saja, kepercayaan diri saya kembali. Meski harap-harap cemas juga bila keadaan yang tidak diprediksi membuat cedera lama kambuh.

Karena kebanyakan khawatir untuk tidak membuat tangan lebih banyak bergerak, saya harus menerima resiko bahwa gawang kebobolan lebih banyak. Intinya pergerakan tubuh saya terbatas.

Pensiun?

Petaka itu akhirnya datang kembali. Sebuah sepakan yang menerobos deras dari sisi kiri menuju gawang tidak dapat diantipasi kedua tangan.

Sialnya, selain bola tetap masuk ke dalam gawang, tangan yang masih cedera ternyata kena lagi. Dan saya langsung memutuskan minta diganti karena rasa sakitnya luar biasa.

Setelah keluar lapangan, tubuh saya rebahkan sambil memijat pergelangan tangan yang sebelah kanan. Teman sebelah pun tak ragu memberikan semprotan penyembuh. Yah, lumayan sudah.

Pikiran pensiun tanpa sadar terucap saat kami mengobrol. Entah kenapa semenjak jadi kiper, tubuh sering banyak cedera.

Ia saya tahu posisi kiper bukanlah posisi utama saya. Itu hanya dadakan setiap bermain yang jarang ada pemain berprofesi kiper.

Melihat kambuh yang sering dan rentang cedera, rasanya pilihan untuk pensiun sangat realistis. Saya tidak ingin terjadi apa-apa pada tubuh saya, apalagi tangan yang menjadi bagian penting untuk pekerjaan dalam hal menulis.

Semoga saja, saya tidak nekat lagi bila bermain. Mentang-mentang bisa sembuh kelak, saya malah kembali mengambil posisi kiper.

Arghh... saya bangga dengan posisi pemain tengah selama karir saya sebagai pemain sepak bola. Entah kenapa 4 tahun terakhir malah jadi kiper?? 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Piala Usia U-23: Timnas Untuk Pertama Kalinya Kalahkan Korea Selatan