Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Nginap Di Hotel Saja

[Artikel 35#, kategori rumah] Kaget hari ini, Jumat malam (14/1), jika anak pemilik rumah akan datang dalam hitungan jam. Meski rumah rutin dibersihkan, ada permintaan lain untuk diperhatiin. Mau tidak mau, kerja keras dalam keheningan.

Dampaknya mulai kerasa ketika pemilik rumah, anak keduanya, datang ke rumah. Bila biasanya diurus sama orang bawah, sekarang harus diurus sendiri.

Maksud saya baik ketika menolak pesan layanan pembersih rumah via aplikasi. Toh rumah tidak kotor-kotor amat.

Alhasil, saya mengambil risiko sendiri untuk membersihkan malam-malam sebelum mereka tiba yang akan datang dari Jogja dengan mengendarai mobil. 

Mereka satu keluarga, si suami memang keren kalau soal urusan berkendara. Apalagi mereka dari Surabaya. Kalau saya disuruh nyetir, hmm.. habis sudah.

Menginap di hotel

Tidak masalah jam tidur saya kena pangkas dan setidaknya mereka bisa nyaman nanti di rumah. Toilet sudah bersih, kamar sudah harum, sprei sudah diganti, termasuk bantal.

Yang ditunggu akhirnya tiba. Dua anak-anak mereka langsung berlari-lari di rumah. Sepertinya mereka tidak merasa lelah. Perasaan saya bahagia, karena kerja keras saya tidak sia-sia.

Meski akan jadi ribet ketika rumah tidak lagi sepi, saya tetap senang bahwa rumah tidak sunyi seperti kemarin. Saya kembali ke kamar dan langsung beristirahat. Ah..jam 9 malam, gagal lagi rencana tidur di awal.

Tok tok.. kamar saya diketok. 

Lho, mendadak saja si suami mengabarkan jika mereka akan menginap di hotel saja. Istrinya, anak pemilik rumah, gak mau dengan tempat tidurnya karena salah satu bantal ada kotoran cicak.

Duh, mata masih merah dan mendengar alasan tersebut antara mau ketawa atau kesel (baru tidur beberapa jam).

Yah, mau gimana lagi. Saat keluar kamar, ternyata semua sudah siap pergi. Barang-barang yang tadi sudah diangkat, sepertinya sudah di dalam mobil lagi.

...

Banyak hal terjadi hanya dalam hitungan jam. Seperti permen nano-nano, ada manis, kecut dan asam. Semua yang saya lakuin malah jadi sia-sia. Wajar memang karena saya menolak permintaan sebelumnya. 

Keluarga yang bahagia, bisa kemana saja. Apalagi ini masih awal tahun. Andai saya disuruh pergi gitu juga, rasanya tidak sanggup, apalagi melintas kota berkendara.

Sehat selalu buat mereka.
Terima kasih buat pak suami yang kasih makanan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Piala Usia U-23: Timnas Untuk Pertama Kalinya Kalahkan Korea Selatan