Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Rendang: Rezeki Bulan Ini

[Artikel 34#, kategori rumah] Rezeki memang nggak melulu soal uang, bisa saja makanan. Saya bersyukur minggu ini ketika pemilik rumah datang dan juga membawa makanan yang sudah dibungkus dengan rapi dari Kota Samarinda. Setelah beberapa waktu menghabiskan makanan hanya dengan mie dan telur atau beli di warteg, kali ini ada suasana yang berbeda.

Minggu kedua bulan November, yang datang kali ini adalah si sulung. Entahlah kenapa ia meninggalkan istrinya yang tengah mengandung ke sini karena katanya akan mengikuti kompetisi biliar di Kota Semarang.

Sebagai salah satu orang yang mengerti hiruk pikuk Ibu Kota Jawa Tengah, saya pikir ia juga merindukan teman-teman dan dunianya saat masih berstatus single. Pria, terkadang seperti wanita yang ingin melakukan semuanya sendiri atau me time.

Rendang

Biarlah si pemilik rumah dengan kehidupannya yang katanya akan seminggu lebih di sini. Yang harus saya awasi adalah makanan yang dibawanya. 

Rendang buatan si Ibu pemilik rumah memang selalu terbaik. Apalagi sudah lama tidak makan makanan mewah seperti ini. 

Jujur, meski lebih enak dihangatin dengan kompor, saya lebih menyukai makanan dingin. Rendang yang dibungkus plastik hanya perlu dipindahkan ke dalam mangkuk.

Kebiasaan saya, makanan tersebut langsung ditaruh di dalam kulkas dan dibiarkan di sana. Namun karena yang hidup di rumah bukan hanya saya saja, terkadang makanan ada yang memanaskannya lagi.

Biarlah, yang pasti saya seminggu ini bakal makan enak pokoknya. Meski itu hanya rendang plus nasi, tiap gigitan dagingnya yang bercampur bumbu, itu adalah kelezatan hakiki.

Haha..saya norak memang. Mau gimana lagi, sekian waktu tanpa makanan mewah, seperti pria desa yang baru nyampe kota.

...

Terima kasih rezekinya, Tuhan. Terkadang saya menginginkan uang bila boleh ditukar, tapi adanya rendang, saya juga tak bisa menolaknya sebagai bagian rezeki yang datang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh