Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Rajin Berolahraga dan Nggak Enakan

[Artikel 33#, kategori rumah] Sehat itu adalah hak setiap manusia. Saya pun rajin berolahraga. Hanya saja ketika beberapa tetangga juga jadi rajin berolahraga, saya kok jadi sungkan. Duh, konsisten saya ikut terganggu akhirnya.

Jadi ceritanya bapak-bapak tetangga rumah beberapa bulan ini mendadak bersemangat berolahraga. Mereka berjalan kaki bolak-balik sekitar lingkungan perumahan. Positif tentunya, aura perumahan jadi berasa hidup.

Hanya saja aktivitas mereka yang hampir tiap hari membuat saya merasa nggak enakan. Aktivitas saya yang tiap hari bersih-bersih halaman, maksudnya menyapu di sekitar rumah, harus memberikan ruang kepada mereka.

Tidak ada masalah sebenarnya. Apalagi membuat saya dan mereka jadi sering bertegur sapa. Terkadang salah satu bapak, sering kasih semangat buat saya bersih-bersih.

Namun manusia yang terbiasa dengan keadaan yang nyaman (biasanya sepi), tiba-tiba ramai, kok merasa nggak enak sendiri. Bahasa lainnya, malu.

Pada akhirnya saya sendiri yang terpengaruh. Konsisten yang sudah bertahun-tahun bersih-bersih mendadak sering saya abaikan. Atau kadang, saya ambil waktu agak siang setelah mereka selesai.

Dilema menjadi manusia. Padahal tidak masalah, namun karena malu atau nggak enakan, jadi menderita sendiri.

Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya