Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Rajin Berolahraga dan Nggak Enakan

[Artikel 33#, kategori rumah] Sehat itu adalah hak setiap manusia. Saya pun rajin berolahraga. Hanya saja ketika beberapa tetangga juga jadi rajin berolahraga, saya kok jadi sungkan. Duh, konsisten saya ikut terganggu akhirnya.

Jadi ceritanya bapak-bapak tetangga rumah beberapa bulan ini mendadak bersemangat berolahraga. Mereka berjalan kaki bolak-balik sekitar lingkungan perumahan. Positif tentunya, aura perumahan jadi berasa hidup.

Hanya saja aktivitas mereka yang hampir tiap hari membuat saya merasa nggak enakan. Aktivitas saya yang tiap hari bersih-bersih halaman, maksudnya menyapu di sekitar rumah, harus memberikan ruang kepada mereka.

Tidak ada masalah sebenarnya. Apalagi membuat saya dan mereka jadi sering bertegur sapa. Terkadang salah satu bapak, sering kasih semangat buat saya bersih-bersih.

Namun manusia yang terbiasa dengan keadaan yang nyaman (biasanya sepi), tiba-tiba ramai, kok merasa nggak enak sendiri. Bahasa lainnya, malu.

Pada akhirnya saya sendiri yang terpengaruh. Konsisten yang sudah bertahun-tahun bersih-bersih mendadak sering saya abaikan. Atau kadang, saya ambil waktu agak siang setelah mereka selesai.

Dilema menjadi manusia. Padahal tidak masalah, namun karena malu atau nggak enakan, jadi menderita sendiri.

Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh