Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Ketemu Blogger

[Artikel 115#, kategori blogger] Meski tujuannya bukan silaturahmi, tetap saja mengawali bulan dengan pertemuan secara offline merupakan sesuatu. Beberapa orang memang sudah bertemu beberapa waktu belakangan, tapi kali ini dengan orang yang lebih banyak.

Minggu pagi (3/10), rencana sarapan pagi dengan teman-teman bloger membuat saya memutuskan membuat mie goreng saja. Jam sarapan pagi tidak biasa saya memang sebelum jam 6, dan acara nanti jam 7 an. 

Tidak afdol rasanya ketika menikmati sarapan di tempat yang keren perut sudah kekenyangan. 

Liputan

Seperti biasa, undangan kali ini adalah untuk liputan tentang acara yang digagas dan sudah berjalan hampir 2 tahun. 

Sunday market

Saya tidak menyangka, kegiatan yang sekali seminggu saya lihatin saat bersepeda, akhirnya saya datangin juga.

Bila biasanya sekedar lewat, kali ini masuk dan dapat reward. Yaitu, sarapan pagi. Terkadang ingin memaksakan bahwa sangat penting mendapatkan uang dari pekerjaan. Nyatanya? Tersenyum saja, karena rejeki tidak kemana.

Branding jasa

Setelah dirasa cukup melihat-lihat, stok foto dan video sudah banyak, kami masuk ke tempat yang sudah menyiapkan meja kami untuk sarapan.

Yang spesial, ada menu yang dibuat khusus untuk kami. Tinggal pilih menu makanannya dan maaf, hanya satu menu saja, ya.

Teman duduk saya yang di depan beberapa bulan lalu kami bertemu ternyata serius menggarap branding tentang Content Writer. Saya penasaran, apalagi tidak banyak orang yang membangun branding seperti itu.

Mengingat, content writing adalah teknik. Menjadikannya sebagai label (branding), itu artinya ia menawarkan jasa kepada orang-orang.

Saat orang-orang datang di sini saya kenal dengan identitas sebagai pemilik blog, ia sepertinya memilih sebutan content creator.

Semangat, broh! Membangun itu selalu mudah meski penuh peluh, yang susah adalah menjaganya untuk tetap utuh.

...

Saya senang bisa bertemu mereka semua dibalik tujuannya yang bukan untuk sekedar bertanya apa kabar. Menjaga ekosistem perbloggeran di Kota Semarang sangat penting. Meski sudah tidak berkomunitas lagi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Halo, Mei 2024