Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ketemu Blogger

[Artikel 115#, kategori blogger] Meski tujuannya bukan silaturahmi, tetap saja mengawali bulan dengan pertemuan secara offline merupakan sesuatu. Beberapa orang memang sudah bertemu beberapa waktu belakangan, tapi kali ini dengan orang yang lebih banyak.

Minggu pagi (3/10), rencana sarapan pagi dengan teman-teman bloger membuat saya memutuskan membuat mie goreng saja. Jam sarapan pagi tidak biasa saya memang sebelum jam 6, dan acara nanti jam 7 an. 

Tidak afdol rasanya ketika menikmati sarapan di tempat yang keren perut sudah kekenyangan. 

Liputan

Seperti biasa, undangan kali ini adalah untuk liputan tentang acara yang digagas dan sudah berjalan hampir 2 tahun. 

Sunday market

Saya tidak menyangka, kegiatan yang sekali seminggu saya lihatin saat bersepeda, akhirnya saya datangin juga.

Bila biasanya sekedar lewat, kali ini masuk dan dapat reward. Yaitu, sarapan pagi. Terkadang ingin memaksakan bahwa sangat penting mendapatkan uang dari pekerjaan. Nyatanya? Tersenyum saja, karena rejeki tidak kemana.

Branding jasa

Setelah dirasa cukup melihat-lihat, stok foto dan video sudah banyak, kami masuk ke tempat yang sudah menyiapkan meja kami untuk sarapan.

Yang spesial, ada menu yang dibuat khusus untuk kami. Tinggal pilih menu makanannya dan maaf, hanya satu menu saja, ya.

Teman duduk saya yang di depan beberapa bulan lalu kami bertemu ternyata serius menggarap branding tentang Content Writer. Saya penasaran, apalagi tidak banyak orang yang membangun branding seperti itu.

Mengingat, content writing adalah teknik. Menjadikannya sebagai label (branding), itu artinya ia menawarkan jasa kepada orang-orang.

Saat orang-orang datang di sini saya kenal dengan identitas sebagai pemilik blog, ia sepertinya memilih sebutan content creator.

Semangat, broh! Membangun itu selalu mudah meski penuh peluh, yang susah adalah menjaganya untuk tetap utuh.

...

Saya senang bisa bertemu mereka semua dibalik tujuannya yang bukan untuk sekedar bertanya apa kabar. Menjaga ekosistem perbloggeran di Kota Semarang sangat penting. Meski sudah tidak berkomunitas lagi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh