Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Lelah Juga Mengejar Cinta

[Artikel 5#, kategori pria 35 tahun] Saya memutuskan rehat sejenak, memikirkan apa yang saya lakukan sekarang seperti tidak ada bedanya dengan yang kemarin. Berusaha, peduli, terlihat baik, menjadi lebih humoris, kekanak-kanakan dan segalanya dipertaruhkan (alah paling bayar ongkos driver). Lelah juga menjadi saya yang sekarang.

Dia ternyata tetap mengabaikan saya. Pesan yang belum centang biru, meski kami sudah bertemu. Boleh dibilang, saya sedang menaruh minat kepadanya.

Semenjak putus dengan mantan beberapa bulan lalu, akhirnya saya bisa lepas dari bayang-bayang mantan. Mantan memang yang terbaik, tapi dia sudah bukan milik saya dan sudah punya kekasih lagi.

Ketika ada kesempatan datang, saya mengambilnya. Saya berusaha melakukan pendekatan. Toh, pengalaman masa lalu begitu banyak mengajarkan. Sangat mudah buat saya mendekatinya seharusnya.

Terlalu baik

Ia sangat baik, sering merespon dan mudah diajak berbicara. Namun pengalaman mengajarkan, bertemu lawan jenis yang terlalu baik, biasanya bakal susah didapatkan. Apalagi dibungkus religius yang sangat manis.

Pendekatan yang saya lakukan memang masih sebentar dan terlalu hati-hati. Saya tidak ingin kejadian seperti sebelumnya terulang kembali.

Terutama saat sudah merasa nyaman, kata menikah atau melamar paling mudah terucapkan dari pikiran wanita. Wanita yang bersama saya seolah tanpa beban. Padahal saya yang seharusnya memikul beban tersebut karena sudah waktunya menikah.

Saat berusaha ingin mewujudkan dari banyak keraguan yang dulu sering menghampiri, mereka (wanita) memilih pergi. Lah, malah curhat lagi.

Saya lelah, kenapa nggak kamu aja

Sepertinya saya harus menutup perasaan lebih cepat kali ini. Usaha yang saya lakukan kepadanya, terpaksa saya buang saja. Toh, responnya juga biasa. Jadi anggap saja saya adalah burung pipit yang hinggap karena nyasar.

Mengejar seseorang itu melelahkan juga, terutama untuk umur saya yang sekarang. Tidak punya kekuatan harta, keluarga dan masa depan cerah yang jadi proposal kepadanya.

Saya lelah harus peduli saat saya sendiri sedang merasa sepi. Saya lelah menjadi badut yang terlihat baik dan suka menghibur, padahal saya sendiri butuh dihibur dan ada yang merangkul.

Saya lelah menjadi lebih religius hanya untuk alasan pendekatan. Saya lelah keluar dari kamar membuat janji bertemu sekedar ngopi atau mengajak nonton. Padahal uang lagi seret.

Saya lelah, kenapa tidak kamu saja yang berganti posisi dengan saya. Cobalah mengejar saya, peduli, perhatian, memasakkan saya sarapan pagi, mendengarkan saya dan bla-bla.

Sepertinya harapan ini hanya ada dalam komik atau cerita saja. Tapi saya harap, bila Tuhan sayang sama saya, semoga ada satu diantara jutaan wanita yang mencoba melakukannya.

...

Selamat tinggal bulan Oktober, terima kasih banyak membuat saya sadar betapa kurangnya saya sekarang ini. Saya senang masih menjadi single, meski berharap ada seseorang.

Ngomong-ngomong, dikejar emang menyenangkan. Tapi memang harus sesuai juga dan masuk kriteria. Tidak semua orang bisa masuk begitu saja meski lawan jenis.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Halo, saya sampai di blog mas gara-gara googling "pria cancer". Saya suka cara menulis mas yang tertata rapih. Meskipun isinya gundah tapi saya bisa baca dengan khidmat sampai akhir. Semangat terus mas. Kadang usia bisa menjadi momok bagi kita yang sudah menginjak kepala 3. Mari kita rangkul hati kita yg terkadang merasa kesepian. Jangan lupa senyum! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terima kasih mbak Emillia.
      Senang mendengarnya.

      Saya pasti akan selalu tersenyum, selalu

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh