Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tips Mendapatkan Teman Saat Usia 30 Tahun

[Artikel 4#, kategori pria 35 tahun] Meski kondisi setiap orang berbeda, terutama pria, saya harap tips ini berguna. Apalagi kondisinya seperti saya yang masih belum menikah dan lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. 

Semakin bertambahnya usia, saya sadar tidak lagi ingin melakukan apapun yang berhubungan dengan banyak orang. Terutama hubungan pertemanan intens seperti saat berusia 20-an. 

Mengenang saat itu, rasanya sangat menyenangkan. Bahkan rela tidak pulang hanya ingin merasakan kebahagiaan bersama teman-teman. Wajar kebersamaan saat itu dianggap sebagai keluarga kedua.

Bergabung dengan klub, sesuai kesukaanmu 

Saat ini saya benar-benar fokus pada karir. Melupakan pertemuan tidak penting dan berusaha menjaga pola hidup sehat sebagai aset berharga (investasi).

Pertemanan yang saya ambil pun, lebih mencari untung ruginya sekarang. Apabila berhubungan dengan pekerjaan, saya pasti datang. Bila tidak, saya lebih baik baca komik di kamar seharian.

Namun diri saya tidak memungkiri bahwa kehidupan di rumah sendirian tanpa bertemu orang adalah suatu yang tidak bisa dibanggakan.

Berbeda dengan mereka yang sudah menikah. Mereka memiliki istri yang bisa diajak berbicara dan anak-anak yang mau mendengarkan saat sedang bersantai.

Bagaimana dengan saya atau kamu yang sudah skeptis sama orang lain? 

Tiga tahun terakhir, saya baru menyadari bahwa saya memiliki dunia lain yang membuat saya bisa berbicara dengan orang lain. Meski tidak banyak yang diperbincangkan tetap saja, ada orang yang mau mengajak bicara.

Ya, mereka adalah rekan-rekan futsal yang saya ikuti. Baik itu hari Selasa maupun hari Kamis. 

Semakin sering kami bertemu, apalagi main bersama, seolah tanpa sadar ada perasaan bahagia menjadi manusia. Sebagai makhluk sosial, saya sadar membutuhkan interaksi dengan yang lain.

Bergabunglah dengan klub atau orang-orang yang memiliki hobi yang sama. Meski hanya seminggu sekali, itu sangatlah menyenangkan.

Tipsnya

Carilah seseorang yang melakukan hobi seperti saya dengan futsal semisalnya. Entah siapa orang tersebut, mau teman lama, sekedar kenal atau pengikut di Instagram. Mintalah ia untuk mengajakmu ikut bersama klub atau komunitas yang kamu anggap sesuai dengan kesenanganmu.

Saya yang benar-benar ingin bermain futsal beberapa tahun lalu, tidak berpikir seperti sekarang yang punya tujuan mendapatkan teman, sampai harus ikut komunitas futsal lewat di Instagram.

Itu berhasil, padahal yang main satu pun tidak ada yang kenal. Sekedar nekat dan mencoba mengeluarkan hasrat.

Datanglah bila ia mau menerimamu dan cobalah fokus dulu untuk terus datang. Perlahan-lahan, tujuan utamamu pasti tersampaikan. Kamu bisa mendapatkan teman artinya.

Tidak peduli seberapa pendiamnya kamu atau beralasan sebagai orang introvert. Jangan biarkan dirimu tenggelam dalam lamunan saat bersama orang-orang. Ingat tujuanmu, kecuali memang kamu hanya ingin di kamar terus tanpa keluar sekali pun.

Gambar : Ilustrasi

...

Saya bisa bersenang-senang dengan dunia sendiri. Membuka laptop, menulis, melihat media sosial atau menghabiskan waktu dengan membaca komik. Saya menyukai kesepian intinya.

Tapi tetap saja, interaksi sangat diperlukan. Karena saat kita bicara dengan seseorang, tanpa sadar tubuh kita melepaskan aura kesepian dan depresi. Pengalaman dari orang lain seperti membaca sebuah cerita dalam komik.

Apalagi mengikuti klub/komunitas yang berhubungan dengan olahraga, itu lebih sekedar bersenang-senang. Tapi juga menyehatkan badan. Karena tubuh diajak bergerak dan mengeluarkan keringat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile