Catatan
12 Tahun di Twitter: Ketika Hukum Online Sudah Berlaku
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Hari ini, 5 September yang jatuh pada hari Minggu, diingatkan Twitter bahwa perjalanan saya sudah 12 tahun bersama mereka. Apakah itu luar biasa? Apa yang berbeda dengan dulu dan sekarang?
Tidak kerasa, ya. Umurnya lebih satu tahun dari usia dotsemarang. Itu artinya saya membuat dotsemarang bersama teman-teman setelah saya eksis lebih dulu, yaitu tahun 2009. Sedangkan dotsemarang tahun 2010.
Hukum online = netizen
Beberapa tahun terakhir, Twitter seolah menjadi hukum online bagi siapa pun yang menyimpang. Entah itu karena kesalahan atau rasa benci yang ditanamkan.
Sisi baiknya adalah hukum online ini membuat aparat bergerak, orang-orang mulai peduli, lembaga-lembaga ikut turut campur dan kita membicarakannya seolah itu benar.
Sisi buruknya, terkadang membuat pengguna terasa kasar dan menjadi buruk. Apalagi sudah diangkat hingga viral, ternyata bukan yang sebenarnya.
Orang-orang di Twitter yang dulu hanya berbagi info, kini menjadi orang-orang yang lebih bijak, pahlawan dan terkadang percaya diri.
Hukum online tidak mengenal kasta. Ketika menjadi topik perbincangan, bersiaplah akan jadi korban bila melakukan kesalahan. Bahkan, Kepala Negara juga tidak luput dari hukum online ini.
Dan sebaliknya, hukum online dapat memberi keadilan bagi mereka yang mencoba memanfaatkan dengan alih sebagai korban.
Itu luar biasa, bukan. Untunglah kita tinggal di negara yang masih memberikan kebebasan dalam berbicara, khususnya lewat media sosial. Kita patut bersyukur tentunya.
Akun penyamar
Beberapa tahun juga menjadi catatan tersendiri buat saya tentang prilaku orang-orang yang tidak percaya diri.
Personal branding yang seharusnya dapat menolong seseorang yang memiliki keahlian bidang tertentu, sudah benar-benar ditanggalkan.
Twitter adalah tempat curhat, tempat mengeluarkan unek-unek. Syukur-syukur ditanggapin dan menjadi viral.
Fenomena terjadi karena ini, ditambah banyaknya orang-orang bermigrasi dari Instagram beberapa tahun belakangan.
Orang-orang menggunakan akun dengan wajah berbeda. Dan kebanyakan adalah generasi Z yang mudah sekali terlihat bila ditelusuri aktivitasnya.
Generasi atasnya juga banyak, tapi saya tidak ingin melihat secara keseluruhan semua orang. Ini hanya selintas saja saat melihat.
Akun penyamar ini juga membawa kebisingan lain yang berhubungan dengan KPop atau fans idol dari negara lain. Twitter bagi mereka adalah wadah yang selama ini mereka cari.
Mereka lupa
Ketika orang-orang yang berada di ekosistem seperti saya, pemilik blog, rasanya mereka lupa setelah berada di Twitter.
Mereka lupa punya tempat pekerjaan ketika mereka lelah saat berkicau sambil bersenandung galau dan penatnya hidup.
Mereka lupa siapa mereka yang sudah membangun personal brandingnya bertahun-tahun dan lebih memilih sambat dengan alasan mengeluarkan unek-unek lebih nyaman ketimbang dipendam.
Mereka berbicara setiap kata yang mewakili pikiran mereka yang dianggap sesuatu yang bebas. Itu wajar, dan mungkin saya pun pernah melakukannya.
Saat mereka membangun topik yang disusupi promosi, mereka lupa membangun personal yang selalu membanggakan jati dirinya sebagai influencer atau pembuat konten.
Ingat saat kalian bergabung dengan Twitter? Saya ingat! #HariJadiTwitterSaya pic.twitter.com/fhWiv9ZkUE
— Asmari (@ASMARIE_) September 4, 2021
Di Twitter 12 musim, seperti seorang pesepak bola saja yang bakal mengakhiri karirnya dan lalu pensiun. Semoga saya lebih baik lagi.
...
Perubahan arah yang terjadi di media sosial, khususnya Twitter begitu cepat. Mau tidak mau, kita harus ikut arus.
Masalahnya, apakah tetap menjadi polos dengan mempertahankan branding diri. Atau menjadi penonton dan ikut sesekali berkomentar?
Semua orang bisa jadi siapapun di media sosial, pertanyaannya adalah bagaimana kita menjadi salah satunya? Orang baik, orang jahat, orang normal, orang yang hanya sekedar penonton dan masih banyak lagi.
Bila itu baik menurut kita, ya gunakan pakaian itu (jadi salah satu orang). Bila sebaliknya, tanggalkan. Jadi penonton saja. Toh, tidak ada yang melarang untuk menjadi siapa pun di negeri ini, selamat tidak bawa perasaan.
Artikel terkait :
- Permohonan Verifikasi Akun Masih Ditolak Twitter
- Unfollow Twitter
- Twitter, Tempat Melihat Peristiwa
- #RIPDidiKempot
- Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar