Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Halo September 2021

[Artikel 95#, kategori catatan] Tahun ini bulan Agustus terasa menyesakkan. Dihajar sana sini, hanya untuk sebuah kenyamanan. Pengorbanan seolah dilupakan layaknya pahlawan yang tidak menerima tanda jasa. Halo September, saya harap segera bangkit.

Futsal semalam masih terasa hingga siang. Badan lelah dan berkegiatan rasanya malas sekali. Tiga jam, sungguh melelahkan.

Bulan September saya bertekad move on. Bahkan sempat berpikir untuk mencukur rambut model cepak. Tapi duitnya masih belum dipikirkan, karena anggarannya cukup untuk main futsal dan kebutuhan sehari-hari.

Biarkan saya bebas

Pagi ini dia menelpon seperti biasa. Saya sengaja menyuekinnya karena tekad saya dari semalam untuk move on.

Saya sudah ikhlas melepaskannya. Kecewa pun tak banyak berarti. Saya harap dengan pasangan barunya, dia lebih baik lagi.

Sesaat sebelum menulis halaman ini, saya pergi ke belakang (membaca artikel lama) ke bulan September 2020.

Saya sering mencatat perjalanan kami dan ternyata setelah ia pulang ke Indonesia, semua yang saya anggap cinta waktu itu sekarang adalah suatu pemaksaan.

Memang salah saya dan baru sadar sekarang mengapa ia begitu mudah lepas dari genggaman. 

Sudahi sajalah, saya ingin bebas sekarang. Entah bisa atau tidak. Yang penting saya sudah mengutarakannya di sini.

Sadtember

Trending topik Twitter menarik perhatian awal bulan September dengan kata Sadtember. Memikirkan lagi bulan Agustus, saya juga tidak ingin menjalani bulan September dengan kesedihan.

Apalagi memikirkan dia yang selalu berduaan. Dilema sebagai warga cancer yang mengutamakan perasaan.

Dulu mungkin baik-baik saja meski berstatus mantan jadi teman. Sekarang sudah tidak ingin. Tujuann dia sudah berbeda dari awal ia ingin serius mencari pasangan.

Dilema lainnya adalah tentang keluarga yang tidak pernah terpikirkan saat masih berstatus mahasiswa, kini di usia yang tidak muda lagi, memikirkan mereka harus dikasih porsi lebih besar.

...

Mengutip dari trending topik, lupa akun siapa yang saat dicari sudah hilang. Akun tersebut menuliskan begini

Teruntuk Agustus
Terima kasih untuk segala kebahagiaan dan terima kasih telah mengajarkan arti kesabaran dan keikhlasan yang sesungguhnya.

Dan awal bulan September, semoga ada kebahagiaan menanti dan pandemi segera berhenti.


Amin!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh