Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Bulan September Masih Musim Jambu Air, Sayang Masih Busuk

[Artikel 8#, kategori buah] September sepertinya masih disukai pohon jambu untuk berbuah. Sayangnya kali ini sama seperti tahun lalu di bulan yang sama, buahnya pada busuk. Entah ada apa, apakah karena cuacanya yang tidak bersahabat atau?

Warna merahnya sedikit tercemar dengan noda hitam yang terkadang menyelimuti sebagian buahnya. Bila dibelah, dagingnya terkadang ada ulat yang sedang asyik menyantap.

Sempat disarankan untuk memberi obat agar pohonnya kembali berbuah dengan normal. Tapi apalah daya kala hanya sebagai penikmat, bukan perawat pohon.

Jujur, pohon jambu di sekitar rumah ini tumbuh tinggi sekarang tanpa ada perawatan khusus. Waktu itu, keluarga membeli bibit pohonnya yang saat itu sudah setinggi paha manusia dewasa. Tahu-tahu, beberapa tahun sudah menjulang tinggi.

Pohon jambu ini sempat berbuah dengan kondisi normal dan buahnya sangat manis. Tetangga yang mungkin hanya melihat, terkadang saya berikan sebagian hasil petikan.

Kini, jangankan ingin membagikan kepada tentangga. Buat dipetik sendiri dan memakannya, masih khawatir apakah busuk atau tidak. 

Bukan hanya buah jambu yang sudah memerah yang diserang ulat, tapi juga yang sedang berwarna hijau. Lebih dramatis tahun ini.

...

Pikiran saya tentang alasan kenapa pohon jambu kali ini panen dengan buah tidak baik karena sampah dauh kering yang saya taruh di sekitar pohon. Saya tidak mau membakarnya karena takut asapnya mengganggu tetangga.

Untuk membuangnya pun saya tidak ada kemampuan, kecuali membayar orang. Jadinya tiap hari daun yang bertebaran, dikumpulkan di bawah pohonnya. Maafkan saya, pohon jambu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh