Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tantangan Awal Bulan Oktober

[Artikel 32#, kategori rumah] Saya pikir saya baik-baik saja. Kesunyian yang selalu menemani kini telah pergi. Hingar bingar sampai dini hari meski tidak mengganggu, tetap saja menjadi hal berbeda dari biasanya. Sebuah tantangan untuk bertahan agar tetap waras.

Ternyata pemilik rumah yang datang Seminggu lalu lebih lama tinggalnya dari sebelumnya. Rencana yang setahun lalu sudah saya dengar, melanjutkan jenjang pendidikan, bakal terealisasi akhirnya. Saya senang bahwa itu adalah motivasi untuk terus belajar.

Benci bertanggung jawab

Selain tuan rumah, ada tamu lain yang juga tinggal di rumah. Seorang teman dan mungkin dianggap sahabat olehnya. Saya rindu kata sahabat, namun benci untuk sesaat.

Bila keadaan rumah sunyi, tanggung jawab saya untuk merawatnya, seperti menyapu, mengepel dan sebagainya bisa dilakukan terserah saya waktunya.

Kini, saya harus bekerja keras lebih sedikit. Karena dengan lebih banyak penghuni, apalagi orang bawah tidak peduli sama sekali dengan rumah, ada perasaan tidak nyaman saat terlihat tidak baik-baik saja. Saya benci menjadi orang yang bertanggung jawab.

Toilet dan kepribadian

Saya tidak suka diganggu, terutama hal pribadi dan juga toilet. Entah kenapa awal bulan ini toilet jadi sesuatu yang sangat berharga. Ketika kotor atau tidak semestinya, perasaan saya terasa tersakiti.

Beberapa bulan lalu, perasaan ini pernah saya rasakan ketika para tukang datang memperbaiki rumah. Waktu itu malah lebih dari 2 orang yang menggunakan.

Sekarang meski hanya 1 orang, saya jadi kesel sendiri. Padahal itu toilet, bukan sesuatu yang berharga seperti emas atau uang. Apakah toilet mencerminkan kepribadian?

Tantangan

Mungkin ini hanya perasaan saya saja yang sedang baper. Kesunyian yang terasa mewah, kali ini terasa direnggut dan banyak lubang.

Sebuah tantangan mengawali bulan Oktober. Saya harap dapat melewatinya dengan bijak dan penuh hormat.

Terima kasih saya diingatkan kembali untuk terus bergerak dan tidak bersantai ria.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh