Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Stress! Rumah Lagi Ada Renov

[Artikel 29#, kategori rumah] Hampir satu minggu ini rumah sedang ramai. Bukan pemilik rumah yang datang, tapi para pekerja (tukang) yang sedang merenovasi rumah. Mereka baik, tidak ada masalah sebenarnya. Hanya saja, diri saya sendiri yang terganggu dengan keadaan ramai ini.

Ketika keluarga pemilik rumah datang, saya sudah tidak enakan orangnya. Sepi yang jadi sebuah kemewahan langsung hancur karna aktivitas tidak bisa diprediksi. Jam kerja yang sudah konsisten jadi berantakan. Santai merebahkan badan sambil mengerjain kerjaan, mendadak hilang akal.

Kini, dengan kedatangan para pekerja, nambah lagi bebannya. Apalagi mereka tidak tahu perasaan saya yang lebih suka suasana sepi, ruangan yang bersih dan area yang tidak boleh disentuh.

Stress

Meski tingkat stressnya tidaklah besar, saya tetap saja terlalu memikirkannya. Lantai yang kotor, toilet yang bau, ruang makan yang diambil alih, dan kamar yang saya biarkan karna dipakai sementara.

Saya sudah berusaha berpikir positif. Fokus pada pekerjaan dan aktivitas rutin. Namun tetap saja, ada rasa enggan ketika mereka berkumpul di area tertentu yang seharusnya lebih ekslusif untuk pemilik rumah saja.

Bila kegiatan bersih-bersih dilakukan sore hari atau menjelang siang saat rumah kosong, kali ini saya ubah menjadi dini hari. Memangkas waktu produktif yang sudah dijalankan bertahun-tahun.

Karena kalau sudah pagi hingga sore, mereka sudah bekerja. Pagi, siang dan malam, adalah waktu mereka makan. Dapur yang termasuk ruangan sakral, terasa berantakan ketika mereka menggunakannya.

Mereka memasak di sana, menggunakan penanak nasi, buat kopi, mencuci piring, dan sebagainya. Saya? Berdiam diri di kamar karena sudah tidak enak suasananya.

Seperti melihat keluarga tuan rumah yang sedang sibuk memasak. Mungkin keluarga pemilik rumah saya anggap wajar, tapi ini adalah para pekerja? 

Isi otak kepala saya berdentum terus. Belum selesai urusan dapur yang sudah hampir tiap hari, giliran toilet yang kotor dan bau.

Begini rasanya jadi petugas kebersihan toilet pombensin kata saya dalam hati. Harus rajin bersih-bersih dan membuat ruangannya tetap harum. 

Satu kamar mandi, dipakai 6 orang. Bisa dibayangkan ketika orang-orang tidak merasa bersalah saat mereka lalai membersihkan setelah mandi. Putung rokok, bau amis pipis, kotoran tanah dari kaki, bercak di dinding dan sebagainya.

Yang saya lakukan? Membersihkannya meski bukan perbuatan saya. Kamar mandi yang saya anggap tempat terbaik selain di kamar terasa asing dan aneh. Ya, stress kambuh lagi. Hanya bisa mengeluh di sini.

Air PDAM

Pembayaran air bulan lalu saat tuan rumah datang bersama keluarga sudah membuat sikap hemat saya gagal. Bayar air bulanan lebih mahal dari biasanya.

Dan sekarang, saya lebih banyak menyalakan air dan menghidupkan kran. Prediksi saya bulan Juli untuk pembayaran air bakal lebih banyak lagi.

...

Ini bukan tentang sebuah kebencian atau tidak suka. Hanya tentang periode di bulan Juni yang saya pikir bisa bahagia, tenang dan nyaman menjalani hari-hari ternyata tidak bisa.

Kesalahan saya sendiri yang terlalu nyaman dengan rasa sepi kesendirian dan mandiri yang selalu bersih-bersih rumah. Mengandalkan orang bawah, rasanya sudah menyerah. Libur malah dipakai buat main game tanpa bergerak sedikitpun melihat rumah yang kotor.

Semoga bulan Juli lebih baik lagi dari bulan Juni. Saya harap demikian dan mampu melewatinya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat