Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tim Futsal Hari Jumat Kembali

[Artikel 75#, kategori futsal] Setelah absen lebih dari setahun karena pandemi, tim futsal hari Jumat yang saya ikuti seminggu sekali kembali bermain. Pandemi seolah tak jadi halangan buat kami yang datang, seolah sedang reuni. Saya tentu senang, namun ini juga jadi semacam tantangan.

Setelah tidak bermain dengan mereka (hari Jumat), saya mendapatkan tim futsal hari Kamis beberapa bulan belakangan. Beberapa bulan kemudian, saya juga dipertemukan dengan tim futsal hari Selasa. Praktis ada 2 kali bermain dalam seminggu.

Nah, ini jadi masalah ketika tim futsal hari Jumat kembali. Mau tidak mau bisa bermain 3 kali dalam seminggu. Selama tidak cedera atau kelelahan sih, bisa saja. Tapi bukan itu saja tantangannya, iuran setelah bermain. 

Sebagai blogger, saya tidak ditakdirkan memiliki penghasilan tetap. Beruntung salah satu tim hari, ada rekan futsal yang terus nalangi. Masa yang hari Jumat juga kudu ditalangi, kan malu juga.

Sebuah reuni

Itu adalah tantangan dan biarkan saya saja yang berpikir untuk menyelesaikannya. Hanya cerita colongan agar saya ingat betapa tidak mudahnya diri saya dibalik kelihatannya (media sosial).

Kembali tentang sebuah pertemuan yang lama tidak berjumpa. Mereka adalah teman futsal yang membawa saya kembali bermain setelah sangat jarang bermain. 

Maklum, umur membatasi lingkaran pertemanan dan juga, kesenangan terhadap futsal tidaklah sama. Mereka adalah pahlawan di saat kehidupan monoton saya yang banyak dihabiskan di balik layar laptop.

Malam ini, Jumat (11/6), jadi cerita sendiri kala mengingat kembali saat masih sering bermain bersama. Hubungan kami memang tidak terputus begitu saja. Kami punya grup WhatsApp dan saya tetap terhubung dengan mereka.

Beberapa orang tidak hadir, tapi pertemuan kembali yang pertama ini jumlah pemain yang datang lebih dari cukup. Bisa ganti beberapa tim sekaligus.

Sayangnya performa saya sedang tidak baik untuk berdiri di bawah mistar gawang karena cedera yang masih membenani beberapa minggu kemarin.

...

Pertemuan kembali tentu adalah sesuatu. Saya harap bisa mengambil bagian dari pertemuan tersebut dengan suasana menyenangkan. Syukurlah, mereka baik-baik saja semuanya. Semoga semangat olahraga ini tidak memberi ruang untuk virus masuk ke tubuh kami.

Selamat datang kembali tim futsal hari Jumat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya