Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tim Futsal Hari Jumat Kembali

[Artikel 75#, kategori futsal] Setelah absen lebih dari setahun karena pandemi, tim futsal hari Jumat yang saya ikuti seminggu sekali kembali bermain. Pandemi seolah tak jadi halangan buat kami yang datang, seolah sedang reuni. Saya tentu senang, namun ini juga jadi semacam tantangan.

Setelah tidak bermain dengan mereka (hari Jumat), saya mendapatkan tim futsal hari Kamis beberapa bulan belakangan. Beberapa bulan kemudian, saya juga dipertemukan dengan tim futsal hari Selasa. Praktis ada 2 kali bermain dalam seminggu.

Nah, ini jadi masalah ketika tim futsal hari Jumat kembali. Mau tidak mau bisa bermain 3 kali dalam seminggu. Selama tidak cedera atau kelelahan sih, bisa saja. Tapi bukan itu saja tantangannya, iuran setelah bermain. 

Sebagai blogger, saya tidak ditakdirkan memiliki penghasilan tetap. Beruntung salah satu tim hari, ada rekan futsal yang terus nalangi. Masa yang hari Jumat juga kudu ditalangi, kan malu juga.

Sebuah reuni

Itu adalah tantangan dan biarkan saya saja yang berpikir untuk menyelesaikannya. Hanya cerita colongan agar saya ingat betapa tidak mudahnya diri saya dibalik kelihatannya (media sosial).

Kembali tentang sebuah pertemuan yang lama tidak berjumpa. Mereka adalah teman futsal yang membawa saya kembali bermain setelah sangat jarang bermain. 

Maklum, umur membatasi lingkaran pertemanan dan juga, kesenangan terhadap futsal tidaklah sama. Mereka adalah pahlawan di saat kehidupan monoton saya yang banyak dihabiskan di balik layar laptop.

Malam ini, Jumat (11/6), jadi cerita sendiri kala mengingat kembali saat masih sering bermain bersama. Hubungan kami memang tidak terputus begitu saja. Kami punya grup WhatsApp dan saya tetap terhubung dengan mereka.

Beberapa orang tidak hadir, tapi pertemuan kembali yang pertama ini jumlah pemain yang datang lebih dari cukup. Bisa ganti beberapa tim sekaligus.

Sayangnya performa saya sedang tidak baik untuk berdiri di bawah mistar gawang karena cedera yang masih membenani beberapa minggu kemarin.

...

Pertemuan kembali tentu adalah sesuatu. Saya harap bisa mengambil bagian dari pertemuan tersebut dengan suasana menyenangkan. Syukurlah, mereka baik-baik saja semuanya. Semoga semangat olahraga ini tidak memberi ruang untuk virus masuk ke tubuh kami.

Selamat datang kembali tim futsal hari Jumat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh