Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jaringan Pribadi

[Artikel 118#, kategori blogger] Terkadang punya karakter saja tidak cukup untuk dijadikan panutan dan roll model. Semua jadi hancur, padahal membangunnya melewati waktu panjang. Saya tidak punya rasa hormat untuk personal yang demikian.

Hari ini saya sangat marah dan juga betapa polosnya saya dimata orang-orang yang saya pikir mereka lebih baik dari saya.

Semakin ke sini, eranya semakin aneh. Bertahan saja dengan embel-embel pemilik blog saja udah beruntung, tapi sekarang malah buntung.

Jaringan pribadi

Saya mendapatkan pekerjaan untuk mengulas sebuah tempat dan diperbolehkan membawa beberapa rekan sesama pemilik blog.

Karena saya yang bawa, saya percaya bahwa tidak perlu ada tekanan untuk mereka yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam kordinasi. Saya beri kebebasan karena kami profesional.

Ini sudah kedua kalinya pekerjaan ini berjalan. Yang pertama berjalan dengan baik. Tentu, yang kedua seharusnya juga lebih baik. Pemilik tempat percaya dengan saya dan pekerjaan yang kami lakukan, makanya kembali mengajak kami.

Satu orang menyelesaikan dengan waktu yang tanpa disuruh sudah memberikan laporannya. Sedangkan satunya masih dalam daftar tunggu.

Satu bulan berlalu, saya semakin gelisah bahwa pekerjaan ini yang dianggap mudah malah molor. 

Tanggung jawab saya kepada pemilik tempat dipertaruhkan. Dan inilah tidak enaknya bekerja dengan banyak orang. Kalau bertanggung jawab semua sih, aman-aman saja.

Kejadian yang tak disangka-sangka datang. Saya yang sudah nunggu jawaban dari rekan satunya yang belum selesai menulis, sampai saya tanya kapan selesai, mendadak sudah mengirim langsung artikelnya ke pihak tempat yang kami ulas.

Rekan ini ternyata lewat jaringan pribadi tanpa melewati saya yang seharusnya seperti pekerjaan pertama.

Kesal dan marah, saya menunggu dan terus menunggu. Dan malah tak memberi kabar. Seperti di awal, pekerjaan ini bukan yang pertama. Jadi alurnya juga sama. Tapi kenapa dia melakukannya lewat jaringan pribadi?

Tidak hormat

Saya tidak menyangka apa yang dilakukan pada pekerjaan lain yang bukan dari saya, itu juga dilakukannya. 

Grup perpesanan berisi banyak orang-orang yang berhubungan dengan media dan pemilik blog. Ketika si pengelola meminta hasil ulasan, saya dengan semangat membagikannya di sana.

Namun entah dengan yang lain, grup waktu itu sepi-sepi saja. Saat ditagih lagi oleh pengelola, rekan itu ternyata melakukannya dengan jaringan pribadi. Jadi artikelnya dikirim langsung ke nomor pengelola grup.

Artikel saya? Tergeletak sendirian di dalam grup. Apakah saya yang begitu polos baru menyadarinya cara seperti ini?

...

Dibalik layar pekerjaan seorang bloger banyak cerita yang menghibur. Namun terkadang juga, itu cerita buruk. Ini adalah pengalaman dan seharusnya jadi kontrol di masa depan kala menghadapi persoalan yang sama.

Bersikap positif bahwa semua itu mungkin tidak disengaja mungkin jawaban dari orang lain yang ingin menenangkan diri kita. Hanya saja, marah ya marah. Yang merasakan adalah yang paling terdampak.

Saya akan berhati-hati lagi di masa depan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh