Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Jaringan Pribadi

[Artikel 118#, kategori blogger] Terkadang punya karakter saja tidak cukup untuk dijadikan panutan dan roll model. Semua jadi hancur, padahal membangunnya melewati waktu panjang. Saya tidak punya rasa hormat untuk personal yang demikian.

Hari ini saya sangat marah dan juga betapa polosnya saya dimata orang-orang yang saya pikir mereka lebih baik dari saya.

Semakin ke sini, eranya semakin aneh. Bertahan saja dengan embel-embel pemilik blog saja udah beruntung, tapi sekarang malah buntung.

Jaringan pribadi

Saya mendapatkan pekerjaan untuk mengulas sebuah tempat dan diperbolehkan membawa beberapa rekan sesama pemilik blog.

Karena saya yang bawa, saya percaya bahwa tidak perlu ada tekanan untuk mereka yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam kordinasi. Saya beri kebebasan karena kami profesional.

Ini sudah kedua kalinya pekerjaan ini berjalan. Yang pertama berjalan dengan baik. Tentu, yang kedua seharusnya juga lebih baik. Pemilik tempat percaya dengan saya dan pekerjaan yang kami lakukan, makanya kembali mengajak kami.

Satu orang menyelesaikan dengan waktu yang tanpa disuruh sudah memberikan laporannya. Sedangkan satunya masih dalam daftar tunggu.

Satu bulan berlalu, saya semakin gelisah bahwa pekerjaan ini yang dianggap mudah malah molor. 

Tanggung jawab saya kepada pemilik tempat dipertaruhkan. Dan inilah tidak enaknya bekerja dengan banyak orang. Kalau bertanggung jawab semua sih, aman-aman saja.

Kejadian yang tak disangka-sangka datang. Saya yang sudah nunggu jawaban dari rekan satunya yang belum selesai menulis, sampai saya tanya kapan selesai, mendadak sudah mengirim langsung artikelnya ke pihak tempat yang kami ulas.

Rekan ini ternyata lewat jaringan pribadi tanpa melewati saya yang seharusnya seperti pekerjaan pertama.

Kesal dan marah, saya menunggu dan terus menunggu. Dan malah tak memberi kabar. Seperti di awal, pekerjaan ini bukan yang pertama. Jadi alurnya juga sama. Tapi kenapa dia melakukannya lewat jaringan pribadi?

Tidak hormat

Saya tidak menyangka apa yang dilakukan pada pekerjaan lain yang bukan dari saya, itu juga dilakukannya. 

Grup perpesanan berisi banyak orang-orang yang berhubungan dengan media dan pemilik blog. Ketika si pengelola meminta hasil ulasan, saya dengan semangat membagikannya di sana.

Namun entah dengan yang lain, grup waktu itu sepi-sepi saja. Saat ditagih lagi oleh pengelola, rekan itu ternyata melakukannya dengan jaringan pribadi. Jadi artikelnya dikirim langsung ke nomor pengelola grup.

Artikel saya? Tergeletak sendirian di dalam grup. Apakah saya yang begitu polos baru menyadarinya cara seperti ini?

...

Dibalik layar pekerjaan seorang bloger banyak cerita yang menghibur. Namun terkadang juga, itu cerita buruk. Ini adalah pengalaman dan seharusnya jadi kontrol di masa depan kala menghadapi persoalan yang sama.

Bersikap positif bahwa semua itu mungkin tidak disengaja mungkin jawaban dari orang lain yang ingin menenangkan diri kita. Hanya saja, marah ya marah. Yang merasakan adalah yang paling terdampak.

Saya akan berhati-hati lagi di masa depan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat