Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Bertahan 5 Menit Saja

[Artikel 92#, kategori futsal] Mungkin karena kurang istirahat saja. Apalagi baru pulang dari Jogja. Hari ini main futsal terasa banget tubuh menderita. Nafas sudah tidak teratur dan detakan jantung semakin berdendang, saya memutuskan keluar. Padahal baru main 5 menit.

Niat besar saya akhirnya kalah. Saya minta diganti dan segera merebahkan tubuh saya setelah keluar. Teman-teman sampai khawatir karna saya tidak biasanya.

Keringat terus mengucur tubuh dan kepala saya pening rasanya. Namun keputusan keluar secepatnya dari lapangan membuahkan hasil. Perlahan namun pasti, tubuh saya mulai membaik.

Main lagi

Kamis minggu pertama (3/2), saya masih tidak ingin menjadi kiper. Namun tetap saja saya mengambil peran tersebut.

Saya sudah kembali di dalam lapangan setelah beberapa pertandingan dilalui. 

Kekhawatiran sirna juga karena menjadi kiper tidak begitu menguras fisik. Berbeda dengan posisi lainnya, saya banyak berlari ke sana kemari.

...

Alhamdulillah, saya melaluinya dengan baik-baik saja meski sempat deg-degan. Entah karena tubuh lelah atau juga karena sebelum berangkat futsal, saya minum obat masuk angin.

Saya pikir perjalanan jauh, khawatirnya tubuh gak maksimal karena masuk angin. Malah sebaliknya, itu membuat jantung saya tidak karuan.

Entahlah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile