Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Reuni Tim Hari Jumat di Hari Selasa

[Artikel 96#, kategori futsal] Ada cerita menarik Selasa malam (15/3). Beberapa rekan futsal berkumpul. Tidak ada aneh sebenarnya dan wajar. Hanya saja, seorang rekan yang belum ketemu akhirnya bergabung juga. Kami seperti sedang reuni yang biasanya dipertemukan tiap hari Jumat.

Rasanya tiap main hari Selasa, waktu begitu sebentar bila main. Padahal durasi sewa sampai 3 jam. Ya, itu karena jumlah pemainnya yang cukup banyak. Malam ini saja sampai 7 tim, yang masing-masing 1 tim berisi 6 orang. Luar biasa.

Reuni hari Jumat

Perasaan yang masih bagus beberapa minggu terakhir, membuat saya bersemangat. Namun kali ini saya akhirnya merasakan kekurangan. Kembali menjadi kiper. Benar-benar kehilangan momentum.

Dari sekian momen, kumpul bersama rekan-rekan yang biasa bermain hari Jumat terasa menyenangkan. Tidak salah jika olahraga semacam futsal membuat pertemanan lebih nikmat. Khususnya buat mereka yang sudah tidak muda lagi.

Sudah lama sekali tidak bermain hari Jumat. Saya jadi ingat awal-awal kembali bersemangat bermain futsal. Setelah vakum beberapa tahun, akhirnya saya menemukan diri saya kembali.

Sayangnya, pandemi mengubah segalanya. Kami tidak lagi bermain setiap hari Jumat. Untunglah, rekan sesama Jumat mengajak saya untuk ikutan bermain hari Selasa dan Kamis. Terselematkan.

Sarung tangan

Ketika mendapatkan kebangkitan akhir bulan Februari, saya pikir dengan tidak menjadi kiper, saya udah bahagia dan bersenang-senang. 

Namun mendadak sebelum main tadi malam, kiper yang biasanya, mendadak memberi sarung tangan karena ia sudah punya yang baru. Duh, ini gimana skenarionya ?

Apakah saya harus jadi kiper terus? Entahlah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun