Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Reuni Tim Hari Jumat di Hari Selasa

[Artikel 96#, kategori futsal] Ada cerita menarik Selasa malam (15/3). Beberapa rekan futsal berkumpul. Tidak ada aneh sebenarnya dan wajar. Hanya saja, seorang rekan yang belum ketemu akhirnya bergabung juga. Kami seperti sedang reuni yang biasanya dipertemukan tiap hari Jumat.

Rasanya tiap main hari Selasa, waktu begitu sebentar bila main. Padahal durasi sewa sampai 3 jam. Ya, itu karena jumlah pemainnya yang cukup banyak. Malam ini saja sampai 7 tim, yang masing-masing 1 tim berisi 6 orang. Luar biasa.

Reuni hari Jumat

Perasaan yang masih bagus beberapa minggu terakhir, membuat saya bersemangat. Namun kali ini saya akhirnya merasakan kekurangan. Kembali menjadi kiper. Benar-benar kehilangan momentum.

Dari sekian momen, kumpul bersama rekan-rekan yang biasa bermain hari Jumat terasa menyenangkan. Tidak salah jika olahraga semacam futsal membuat pertemanan lebih nikmat. Khususnya buat mereka yang sudah tidak muda lagi.

Sudah lama sekali tidak bermain hari Jumat. Saya jadi ingat awal-awal kembali bersemangat bermain futsal. Setelah vakum beberapa tahun, akhirnya saya menemukan diri saya kembali.

Sayangnya, pandemi mengubah segalanya. Kami tidak lagi bermain setiap hari Jumat. Untunglah, rekan sesama Jumat mengajak saya untuk ikutan bermain hari Selasa dan Kamis. Terselematkan.

Sarung tangan

Ketika mendapatkan kebangkitan akhir bulan Februari, saya pikir dengan tidak menjadi kiper, saya udah bahagia dan bersenang-senang. 

Namun mendadak sebelum main tadi malam, kiper yang biasanya, mendadak memberi sarung tangan karena ia sudah punya yang baru. Duh, ini gimana skenarionya ?

Apakah saya harus jadi kiper terus? Entahlah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh