Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Drama Bandara

[Artikel 38#, kategori rumah] Kali ini cerita bukan tentang percintaan, melainkan barang ketinggalan. Tinggal setengah jam untuk segera naik pesawat, dan saya harus segera membawa barang tersebut. Degdegan, dan pasrah bila tidak tergapai.

Senin siang, 21 Maret 2022. Semua tampak berjalan normal. Barang-barang disebut, takut ada yang ketinggalan. Hari ini, si bungsu sudah harus kembali dan tugas baru saya selain menjemput di bandara, yaitu mengantar.

Saya pikir menuju bandara siang hari, jalanan di Kota Semarang lebih santai ketimbang pagi hari. Salah, tetap saja macet, terutama jalan Pandanaran. Tapi macetnya jangan disamakan dengan Jakarta, macet biasa saja.

Krim wajah

Akhirnya tiba juga di bandara. Turun di jalur keberangkatan, membuka bagasi belakang dan si bungsu akan datang lagi bulan depan. Ya, semoga saja ia lulus setelah ujiannya selama di Semarang kemarin.

Satu-satunya kekhawatiran saat di bandara sudah saya atasi, yaitu kartu e-toll. Entah kenapa kartu e-toll yang ada di mobil, tidak bisa digunakan saat keluar. 

Untunglah, kartu e-toll dari ASUS yang kemarin diberikan saat peluncuran produk sudah diisi dan saya bisa keluar dengan tenang dari gerbang bandara.

Tiba-tiba pemilik rumah menelpon, karena masih ribet urusan keluar, saya hiraukan saja. Teng...mendadak saya ingat jika ada krim wajah yang dibeli beberapa hari sebelumnya ditaruh di kulkas. Rencananya akan dibawa sama si bungsu.

Sontak saja saya panik, apalagi ini baru keluar gerbang tol dan si bungsu tinggal setengah jam lagi katanya tadi pesawatnya akan datang.

Saya menelponnya lagi dan memberitahukan bahwa barang si Ibu ketinggalan. Ia pun juga lupa dan tidak menyadarai. Yaudah, nanti dikirim aja lewat kurir katanya.

Karena masih panik, saya menelpon pemilik rumah jika krimnya ketinggalan dan tidak mungkin diambil lagi karena pasti telat.

Siapa tidak kesal karena masalah lupa. Mau tidak mau saya harus mendengarkan dengan perasaan campur aduk dan menyalahkan diri sendiri karena pelupa.

Semua orang yang saya kenal, segera saya hubungi. Tidak ada pengalaman mengirimkan krim lewat kurir, semisal bisa pun itu lama. Saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Saat seharusnya saya memikirkan segera pulang lebih cepat, tiba-tiba mobil polisi di belakang membunyikan klaksonnya. Mereka meminta cepat, meski lampu merah masih menyala.

Setelah beberapa mobil di depan menyingkir, saya malah mendapatkan rute terjauh ke rumah. Entahlah, mengapa kejadian itu terjadi. Apakah takdir.

Naik ojek online

Sesampainya di rumah, saya menghubungi kenalan yang bekerja di bandara. Harapannya agar bisa diberikan solusi, siapa tahu bisa.

Namun beliau menyarankan saya untuk mencoba kembali ke bandara dengan sisa waktu yang ada. Saat saya sudah pasrah dan ikhlas, eh semangat itu datang lagi. Tak butuh berapa lama, saya langsung bergegas memesan ojek online

Ambil barang di kulkas, masukkan dalam tas dan menunggu driver datang. Di rumah ada mobil, ada juga motor, namun rasanya bakal sulit jika saya yang menyetir sendiri.

Driver datang juga, masalahnya ada lagi. Motor si driver bukanlah motor yang bisa melaju kencang. Aduh.... sudah jatuh ketimpa tangga pula.

Saya terus berkomunikasi dengan si bungsu. Awalnya dia tidak setuju saya pergi karena pesawatnya sudah hampir tiba. Namun saya tidak menyerah dan mencobanya saja.

Jujur, selama perjalanan saya membaca banyak ayat kursi yang seharusnya tidak nyambung dengan keadaan. Dulu, membaca ayat kursi yang saya dengar adalah menghilangkan rasa khawatir terhadap ketakutan. Entahlah, kenapa saya membacanya selama perjalanan.

Ya, saya tiba juga di bandara. Luar biasa, namun bagaimana dengan si bungsu. Oh dia ternyata masih belum berangkat. Apakah alam semesta membantu saya dan doa ayat kursi menjadi kekuatan?

Saya menghubungi si bungsu bahwa saya sudah tiba. Lalu, saya juga menghubungi kenalan yang tadi saya ceritakan.

Saya pikir beliau bisa membantu memberikan barang kepada si bungsu, ternyata sedang sibuk. Ya sudah, si bungsu akhirnya mau keluar lagi dari ruang tunggu. Luar biasa.

Saya menunggunya di dalam ruang keberangkatan. Dan taraaa...beberapa menit kemudian dia datang juga. Sungguh ini seperti adegan film saja, bedanya ini hanya cerita tentang barang ketinggalan.

Si bungsu berkata, tidak sia-sia joging selama di Semarang katanya. Ia lari dari ruang tunggu ke ruang keberangkatan yang saya pikir itu sangat jauh sekali.

Alhamdulillah, lega rasanya. Kaki saya lemes dan beban seolah terangkat. Saya menelpon pemilik rumah dan beliau juga merasa senang. Terima kasih sudah berusaha katanya.

...

Sekarang, bagaimana caranya pulang? Saya memutuskan naik bis Trans Semarang. Setelah membayar tiket, saya duduk dengan suasana menggila dalam diri. Antara bahagia, mengutuk diri dan bangga bisa menyelesaikan sesuatu yang saya anggap mustahil.

Lemes juga, plong rasanya, gak mengira kejadian seperti ini terjadi di awal pekan. Saya tidak baik-baik saja, namun saya tidak bisa berkata apa-apa juga. Terima kasih driver, seperti niat saya saat dalam perjalanan, akan saya beri tip bila ini berhasil.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh