Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tersingkir Dari Babak 16 Besar UCL, MU Puasa Gelar Lagi

[Artikel 103#, kategori MU] Seperti sebuah prediksi, main Manchester United semenjak era Rangnick juga masih sama seperti saat Ole jadi pelatih. Hari ini menang, besok kalah, dan esoknya menang. Begitu seterusnya, dan wajar pertandingan melawan Atletico Madrid saya sangat pesimis meski dimainkan di kandang sendiri.

Rabu dini hari (16/3/22), demi menyaksikan pertandingan lanjutan liga Champions, saya rela memangkas jam tidur. Padahal pulang futsal jam setengah 11 dan baru tidur setengah 12. Kurang dari 4 jam sebelum pertandingan dimulai (03.00 wib).

Permainan yang membosankan

Setelah rela bangun lebih awal, telat juga ternyata menyalakan televisi, menyaksikan jalannya pertandingan terasa hambar. Permainan seolah tidak menarik meski saya tahu para pemain terus berusaha.

Kapten masih dimainkan oleh pelatih, padahal sudah beberapa kali melakukan blunder. Kalau gini, mudah mencari penyebab MU gagal lolos nantinya. Keputusan ada di tangan pelatih, maka ia yang seharusnya bertanggung jawab.

Yang diprediksi akhirnya benar-benar kenyataan. Atletico mencetak gol sebelum babak pertama berakhir dan itu sangat mudah sampai-sampai De Gea tidak banyak bereaksi.

Gagal lolos

Akhirnya saya mematikan televisi juga meski bisa menghemat kuota yang biasanya nonton streaming. Gimana lagi, pesimis itu semakin membesar. Dan tim juga tidak berkembang sama sekali.

Masuknya Juan Mata yang sama sekali jarang dimainkan saya pikir bisa memberikan perbedaan. Nyatanya sama juga. Saya menyukai Mata, apalagi dia adalah pemain senior.

Sambil bekerja, mata saya tetap menatap layar. Menyedihkan memang melihat pertandingan, tapi saya tetap menontonnya lewat handphone (streaming).

Prit.... tanda bunyi peluit wasit berbunyi. Pertandingan berakhir dengan skor tetap 1-0 untuk keunggulan Atletico Madrid. Ada apa dengan tim hari ini?

...

Sebagai tim besar dan punya pengaruh luar biasa, linimasa seperti biasa membicarakan Manchester United. Namun ada kata terselip diantara daftar trending, yakni nama Mourinho.

MU terakhir kali juara ternyata pada saat diasuh oleh Mourinho. Sudah 5 tahun berlalu, dan MU masih saja sulit memegang piala. Menyedihkan! Praktis tahun ini tidak ada satu pun gelar yang diraih.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh