Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Futsal : Ketika Sifat Kedewasaan Dipertemukan

[Artikel 97#, kategori futsal] Buruk benar-benar buruk main hari ini. Mau jadi kiper maupun pemain. Termasuk rekan-rekan satu tim, seolah mereka baru bermain futsal. Entahlah ada apa. Meski begitu, sedikit bersyukur orang-orang mulai melunak. Tidak menyenangkan ketika hal sepele malah memutus silaturahmi.

Akhirnya saya punya alasan kenapa bermain buruk juga hari ini. Kegiatan beberapa jam sebelumnya ternyata sangat berpengaruh. Tubuh mungkin dikasih rehat sebelum bermain di lapangan. Saya yakin itu masalahnya.

Satu lapangan

Momen yang ditunggu tiba juga. Sudah hampir sebulan, ada beberapa rekan yang terlibat permasalahan. Meski sebenarnya sepele, namun ketika ego merasuk diri, semuanya jadi runyam.

Satu sisi, tidak merasa menyakiti dan benar yang dilakukan. Sisi lainnya terlanjur kecewa karena merasa tidak dihargai. Kesalahpahaman ini mengingatkan saya saat masih Sekolah dulu.

Bila dulu kedewasaan masih dianggap tabu, sekarang malah orang dewasa yang menjadi seolah korban keadaan. Kembali dengan sifat anak-anak yang sebenarnya tidak masalah, asal tahu porsinya.

Keduanya sudah berada di lapangan. Bermain sebagai lawan tapi tetap saling diam. Butuh waktu dan biarkan segalanya kembali saat mereka siap.

Pulang lebih awal

Kamis minggu ini hampir saja seperti minggu lalu, rekan-rekan futsal penuh dengan semangat yang ingin bermain lebih dari batas waktu sewa. 

Dua jam buat sebagian orang memang tidak cukup. Alternatifnya nambah lagi sejam. Kalau begitu, ini malah jadi seperti hari Selasa yang selalu main 3 jam.

Masalahnya adalah nambah sejam, kudu ikut nambah iuran 15 ribu. Saya ingin sekali berpartisipasi seperti minggu kemarin. Namun, isi dompet sudah tidak bisa dikompromi lagi.

Sebagian rekan futsal memang adalah pekerja, wajar mereka tidak sadar bahwa ada orang-orang yang punya keterbatasan.

Akhirnya saya memilih pulang lebih awal. Saya tidak ingin jadi beban buat mereka yang masih bertahan. Toh, hari ini mainnya juga lagi jelek. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Halo, Mei 2024