[Artikel 23#, kategori Kesehatan] Tanpa dipanggil, penyakit ini tiba-tiba datang begitu saja. Datangnya pas pada jam-jam produktif saya saat dini hari. Karena kedatangan penyakit ini, rencana dan ide-ide saya pada langsung bubar. Coba datangnya siang hari, saya pasti tidak merugi.
Saya tahu bahwa saat dihinggapi penyakit itu selalu tidak menyenangkan. Buat saya, penyakit maag merupakan musuh terbesar saya. Salah satu akibat penyakit ini yang membuat saya frustasi adalah gagalnya berpuasa. Dan karna ini, saya malah sering gak puasa. Jujur, saya sangat menyedihkan untuk ini.
Aktivitas blogging yang terganggu
Terakhir saya menulis tentang maag di blog ini adalah pada saat sebelum puasa, atau tepatnya bulan Mei 2017. Dipostingan tersebut saya melemparkan pertanyaan tentang diri saya sendiri, apakah saya berpuasa? Baik, saya katakan jawaban sebenarnya di sini. Maaf, saya lagi-lagi tidak puasa.
Biarkan dosa ini saya tanggung, toh mengapa ini terjadi hanya saya dan Tuhan yang tahu. Saya berharap sebenarnya bisa berpuasa. Tenang saja. Saya saat ini terus berusaha menjadi orang baik.
Beberapa bulan belakangan, sebenarnya saya sudah beberapa kali kedatangan penyakit maag ini. Dan baru-baru ini setelah hari raya, saya pun kembali kedatangan penyakit yang menyerang perut sebelah kanan saya ini.
Datangnya juga nggak sembarangan. Jam masih di atas pukul 3 pagi, penyakit ini mulai menyerang. Saya seperti merasa lumpuh, mengerang nggak jelas karna perut seperti ditusuk-tusuk.
Lebih dari 2 jam, saya baru bisa kembali beraktivitas meski belum sepenuhnya pulih. Aktivitas blogging saya pun terganggu jadinya. Benar-benar perjuangan untuk bebas dari penyakit ini.
Saat menyerang, tubuh saya kaku namun otak saya sedang sangat menunggu sentuhan jari saya. Laptop yang berada tak lebih dari 50 cm dari tubuh saya seperti berasa berkilo-kilo meter jaraknya. Kok jadi sulit dijangkau, sih. Pikir saya seperti mendramatisir film Drama Korea.
...
Setelah dipikir-pikir lagi mengapa saya kedatangan penyakit ini pada saat jam produktivitas saya, ternyata semalam saya makan yang berhubungan dengan sambel. Meski saya tahu penyakit ini sangat rentan dengan sambel, rasanya saat makan malam sebelumnya sambelnya tidak pedas-pedas amat. Apakah ada bahan lainnya yang mengganggu? Entahlah.
Cara terbaik lepas dari penyakit ini adalah minum obat maag. Untunglah saya selalu siap sedia saking sangat akrabnya dengan penyakit ini semenjak duduk dibangku Sekolah. Selain minum obat, saya juga mengobatinya dengan minum air hangat yang ada gulanya.
Asam lambung yang meningkat tersebut harus dinetralkan dengan minuman yang ada rasa manisnya. Dan alhamdulillah, itu selalu berhasil buat saya. Dulu saya sering meminum teh hangat saat penyakit ini diserang, namun saya pikir karna telah mengkonsumsi obat maag, minum tanpa teh ternyata lebih baik.
Setidaknya mengurangi kafein pada teh dan tidak membahayakan obat yang saya minum beberapa menit sebelumnya. Semoga penyakit ini tidak datang lagi diwaktu-waktu krusial saya saat beraktivitas.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar