Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Film Midnight Food Store, Drama China Tentang Restoran yang Buka Dini Hari
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
[Artikel 1#, kategori drama China] Dari sekian drama China yang pernah ditonton, sepertinya baru film Midnight Food Store yang pertama kali direview di blog. Yang membuat film ini akhirnya saya buatkan tulisan adalah karna film ini sudah dibuat di beberapa negara, semacam remark. Jadi yang pernah nonton versi Korea atau Jepangnya, pasti sudah tahu garis besar ceritanya.
Penggemar film streaming pasti bakal tahu bahwa film dengan durasi 45 menit ini sudah meluncur dibeberapa website penyedia layanan nonton gratisan bulan Juni 2017. Film ini sangat baru, dan hingga tulisan ini saya buat, episodenya sudah sampai keempat.
Cerita yang menginspirasi tiap episode
Saya belum tahu sampai berapa episode film ini akan dibuat. Bila berkaca pada drama versi Korea yang judulnya Late Night Restaurant, film tersebut selesai pada episode 20. Mungkin saja sama jumlah episodenya.
Baru lihat di Twitter, film ini sudah sampai episode 24.
Film Midnight Food Store bercerita tentang seorang pemilik restoran yang jago masak. Tidak ada yang aneh sebenarnya, namun yang membuat menarik adalah restoran tersebut hanya buka dari jam 12 malam sampai jam 7 pagi.
Dibalik background restoran kecil tersebut, ada cerita yang memberi inspirasi. Pengunjung yang datang tidak disuguhi buku menu dan sangat terbatas, dipersilahkan memesan makanan yang diinginkan. Si pemilik tempat akan membuatkan makanannya selama ia bisa.
Cerita orisinil yang diambil dari manga Shinya Shokudō ini benar-benar menyentuh hati. Saya sudah menontonnya hingga episode keempat. Dua episode perdana bercerita tentang persahabatan wanita tentang bagaimana menghadapi pria. Sedangkan episode 3 dan 4, ada cerita tentang seorang gadis desa yang punya suara merdu.
Ia berhasil menggapai ketenaran namun sisi lain ia harus pergi lebih cepat (meninggal). Masih ada cerita lain yang tetap menarik sebenarnya namun saya mengingatnya hanya segitu.
Tiap cerita ada menu yang membuat ngiler
Kamu penyuka mie? Maka episode 1 & 2 akan banyak disuguhkan tentang makanan cepat saji ini. Pemeran Chef, Lei Huang yang merupakan aktor berumur 45 tahun ini akan menyajikan cara membuat mie yang bakal membuatmu akan mencobanya juga.
Pengunjung yang datang memang selalu membawa cerita dan masalah. Tapi kedatangan para pengunjung juga memberi tahu kita sebagai penonton tentang menu apa saja yang dipesan.
Perbedaan versi China dan Korea
Tiap film yang dibuat ulang tentu selalu ada perbedaan. Bila versi Korea filmnya membawa suasana restoran kecil dengan lokasi sempit, maka versi China-nya suasana yang dibangun agak berbeda. Berada di pinggir laut, semacam pelabuhan, restorannya sangat ramai dengan beberapa tempat hiburan malam disekitarnya. Paling mencolok sementara ini saja untuk perbedaannya.
Trailer film Midnight Food Store
Film ini bisa kamu tonton via streaming di alamat ns21.me. Atau searching aja google. Semua gambar yang ada di sini merupakan screenshot dari Youtube.
...
Saya suka tiap cerita yang dibangun. Kadang menggambarkan diri kita berada di sana dan merasakan pernah terjadi pada kita. Tema utama yang membawa kuliner membuat perasaan terkadang ikut merasa lapar dan ingin mencoba membuatnya. Saya berpikir, andai ada film yang ngangkat tema kuliner angkringan seperti di Semarang, sepertinya menarik juga.
Membawa genre drama, film ini sebenarnya bercerita secara sederhana. Karena dikemas dengan berbagai sudut pandang dan kamera yang baik, tulisan debut saya ini di blog pribadi setidaknya sangat saya rekomendasikan. Terlebih untuk kategori penonton remaja batas minimalnya.
Kayaknya seperti filem Jepang dengan tema sama..., lupa judlnya. Lihat juga pertunjukan Liu Sanjie di sungai yangshuo yang disutradarai oleh Zhang Yi Mou. Berbagi artikel tentang Sungai Li di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/12/teater-liu-sanjie-di-yangshuo.htmll
Liat juga video di Youtube di : https://youtu.be/LGSdvSa0tg0
Begini rasanya ketika mertua datang ke rumah, nggak enakan. Padahal, cuma menjenguk cucu kesayangan. Tapi rasa malas yang biasa dirasakan sebelum nikah, berubah rasa risih. Serba salah, pokoknya.
[Artikel 17#, kategori Tips] Saya sudah menghitung kira-kira berapa kuota yang dihabiskan untuk menonton siaran langsung sepakbola via streaming. Tentu Anda sekarang bisa mengukur biaya untuk menghabiskan kuota apabila tim kesayangan Anda akan bertanding hari ini.
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
[Artikel 14#, kategori Internet] Kalau dibandingkan operator lain yang sama-sama jaringan 4G, ternyata harga Smartfren mahal untuk harga 50 ribu. Meski keunggulan punya kecepatan yang lebih stabil dengan lainnya.
Istilah pacaran jarak jauh atau LDR sudah banyak kita dengar dan lazim. Saya pun pernah mengalaminya dan akhirnya kandas semua. Tapi kalau pasangan suami istri LDR?
Kayaknya seperti filem Jepang dengan tema sama..., lupa judlnya.
BalasHapusLihat juga pertunjukan Liu Sanjie di sungai yangshuo yang disutradarai oleh Zhang Yi Mou. Berbagi artikel tentang Sungai Li di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/12/teater-liu-sanjie-di-yangshuo.htmll
Liat juga video di Youtube di : https://youtu.be/LGSdvSa0tg0