Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Mengunjungi Masjid Kapal yang Menjadi Destinasi Wisata Baru di Semarang


Masjid Kapal Semarang yang viral di media sosial akhirnya bisa saya kunjungi hari minggu kemarin (4/6). Untuk menuju ke sini, banyak cerita yang ingin saya bagikan meski tujuan utamanya adalah buat konten di blog dotsemarang. Ada yang mau ke sini juga?

Saya melakukan perjalanan seorang diri dengan menggunakan bis Trans Semarang. Sebenarnya beberapa hari sebelumnya, saya sudah merencanakan perjalanan ini dengan teman. Tapi mendadak dibatalin dan saya paling nggak suka situasi seperti ini. Saya harus gagal lagi kali ini? NO!

Mengambil waktu siang hari, saya pasti punya banyak waktu untuk tiba di lokasi. Saya khawatir kalau sore ke sana, waktunya nggak mencukupi. Dan medan (lokasi) di sana saya benar-benar buta dan saat kaki melangkah menuju halte, saya hanya mengandalkan Google Map pas sampai sana.

Naik Gojek atau bis Trans Semarang?

Sebenarnya ada alternatif lebih nyaman dan aman menuju Masjid Kapal yang berlokasi di Ngaliyan-Semarang. Tinggal order dan rutenya langsung keluar. Tunggu dulu, ongkosnya juga lumayan kalau bolak-balik. Biayanya bisa beli kuota 1 bulan buat 2 Smartphone.

Akhirnya keputusan naik Gojek pun dibatalkan. Saya kehilangan momentum lagi. Tapi saya tidak inign kalah dengan situasi. Alternatifnya naik bis Trans Semarang dari rumah sampai Pengadilan, daerah setelah melewati Kalibanteng.

Haha..sampai halte  di sana, tetap saja naik Gojek. Rekomendasi teman yang menemani perjalanan saya lewat pesan sebenarnya menyuruh saya naik bis trans sampai Ngaliyan dengan catatan ganti bis. Namun saya malah lebih memilih yang lain.

Lewati hutan-hutan dan kuburan

Alasan naik Gojek di halte dekat kampus Walisongo lebih karna khwatir tidak ada driver di dekat lokasi menuju Masjid Kapal. Melihat Map, jarak tempuhnya masih sangat panjang.

Kekhawatiran ini terbukti dan setidaknya saya sudah merasa nyaman menuju perjalanan dengan GoRide. Sesampainya di titik masuk menuju Masjid Kapal, perjalanan harus ditempuh kurang lebih 10KM. Dan saya memastikan diri bahwa kalau bawa sepeda, ini bukan alernatif untuk saya.


Beberapa kilometer sebenarnya jalannya aman - aman saja. Jalanan aspal yang kami lewati dibalut pemandangan alam dan rumah-rumah warga. Jalanan juga cukup ramai dan beberapa bangunan besar juga sangat banyak. Kecuali minimarket yang sepertinya jarang ada di rute yang kami lewati.

Setengah perjalanan, suasanya mulai sunyi meski beberapa kendaraan hilir mudik. Pepohonan mulai banyak terlihat layaknya hutan yang dikelola negara. Beberapa kawasan, saya juga melihat kuburan. Saya nggak membayangkan bagaimana kalau malam hari melewati sini.

Kami sempat berhenti karna driver lupa dengan jalur ke lokasi yang katanya pernah ke sini sebenarnya. Lokasi di Map masih benar, tapi jalur masuk ke perkampungan yang berliku-liku membuat kami juga bingung.

Tidak ada papan petunjuk yang mengkoordinir perjalanan kami. Yang saya khawatirkan lagi adalah koneksi nantinya pas di sana. Apakah ada atau tidak. Banyak hal yang membuat khawatir sebelum tiba di lokasi, tapi saya masih yakin indah pada saatnya.

Disebuah titik lainnya, sudah dekat dengan lokasi, ada beberapa warga yang mengarahkan perjalanan kami. Namun kami harus memberi sedikir receh dengan minimal 5 ribu rupiah. Saat itu, saya tidak mempertimbangkan apakah itu baik atau buruk. Saya hanya ingin masuk.

Ini dia Masjid Kapal Semarang

Akhirnya saya tiba juga dengan selamat sampai di sini. Jam masih menunjukkan pukul setengah 3 sore. Lumayan masih panjang untuk menikmati waktu di sini. 




Saya pulang sekitar pukul 5 sore. Alasannya lebih karna transportasi yang tidak memadai untuk saya tumpangi. Meski ada driver Ojek online di sini, tapi mereka sudah diboking oleh penumpang. Saya sendiri kesulitan mendapatkan driver yang memang rutenya saya akui tidak mudah untuk mencarinya.

Untuk jaringan operator, sekelas Tri saja bisa 4G, berarti jaringan lain aman aja di sini. Bagaimana suasana di dalam masjid? Berlantai 3, namun saat saya ke sini, hanya bisa naik sampai lantai 2. Ya, biasa saja. 

Alasan Masjid Kapal menarik pengunjung selain viral menurut saya lebih karna tampilannya yang unik dan menarik. Buat berfoto, tentu sangat bagus untuk menambah galeri di Instagram. Ulasan lengkapnya nanti saya taruh di blog dotsemarang. Di sini saya hanya ingin berbagi tentang perjalanannya saja.

...

Memang sebaiknya kalau ke sini lebih nyaman membawa kendaraan sendiri. Baik mobil maupun motor, jalanan bisa dilalui tanpa hambatan. Pokoknya mulus.

Kalau memang tidak ada kendaraan, bisa melakukan perjalanan seperti saya. Ada bis Trans semarang yang rutenya bisa kita lewati. Kamu hanya perlu membuka google map dan cari destinasi Masjid Kapal Semarang.

Karena masuk semacam kawasan perkampungan, bis Trans tentu tidak melayani sampai ke tujuan. Kita harus turun dan mencari transportasi lainnya. Saya sarankan Gojek untuk masuk ke dalam. Tapi kalau nggak, ojek pangkalan juga bisa.

Masalah akan muncul saat kamu pulang. Meski sinyalmu keren, jangan harap dapat driver Ojek Online di sini. Sangat jauh dari titik awal sampai masjid Kapal, dan mungkin ini alasannya. Tapi tenang saja. Saya kemarin bisa pulang karna bertanya pada tukang parkir Masjid. Ia merekomendasikan saya kepada security Masjid yang mau ngantarin saya.

Saya berpikir positif saja soal berapa biaya ongkos untuk pulang. Kalau saya hitung-hitung untuk dengan aplikasi Gojek, harganya minimal 15 ribu rupiah. Yah, segitu saya memberikan bayaran untuk keluar. Mau gimana lagi, alternatif dan ada yang mau ngantarin.

Sampai luar, saya kembali naik bis trans Semarang. Untunglah masih jam 5 sore, halte yang berada dekat dengan saat saya keluar dari kawasan perkampungan ini sedikit menghemat pengeluaran saya. Dan saya pun pulang dengan selamat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh