Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Menyenangkan Si Dia (Wanita)


[Artikel 17#, kategori wanita] Pria selalu berusaha membuat wanitanya bahagia bersamanya. Entah saat itu, isi dompet kering atau sedang mengerjakan deadline sesuatu. Pokoknya, si dia harus bahagia dan merasa nyaman saat bersama pria yang dicintainya. 

Saya seperti kembali ke masa-masa jaya sebagai pria muda yang punya segalanya. Meski semua palsu. Pria muda sewaktu dulu bukanlah pria yang dikatakan punya segala sesuatunya dari milik pribadi. Ada yang masih berharap dari orang tua, atau limpahan materi dari orang-orang yang menyayangi.

Namun saat berada di hadapan dua orang muda sejoli yang bermadu kasih, saya merasa seperti melewati mesin waktu. Indah mengingat waktu itu. Kira-kira bagaimana kabar mereka. Ah, kenapa saya harus ke mal siang ini. Andai masih di rumah, kejadian ini tentu gak mengingatkan masa lalu.

Saya bahagia, tentu saja. Dan bahkan iri melihat mereka meski terlihat kurang mesra tapi selalu tersenyum manja. Ah sekarang, saya seperti sangat tua. Seperti makan nasi tanpa garam. Kira-kira, sampai kapan saya berhenti menjadi penonton dan merasakan seperti mereka kembali.

Ini adalah gambaran yang saya dapatkan saat sedang berada di wahana permainan di Paragon Mall Semarang. Udah beberapa hari ini keluarga datang, dan salah satunya kegiatan hari ini adalah menemani adik perempuan Difa. Sepertinya tahun depan, ia akan masuk sekolah. TK atau SD?

Menyenangkan si Dia

Pengalaman banyak mengajarkan sesuatu yang sangat berharga buat saya hari ini. Seperti dua sejoli yang sedang bermain di depan saya ini. Apa yang mereka lakukan, sepertinya pernah saya lakukan. Tujuan pergi ke tempat seperti ini adalah tak lain hanya untuk menyenangkan si Dia.

Tapi, apakah dia juga senang? Seharusnya begitu. Mungkin mereka sedang menunggu jam pintu bioskop di buka, makanya mereka memutuskan ke sini dulu untuk membuang waktu.

Menyenangkan perasaan si dia adalah hal wajib yang dilakukan pria yang sedang jatuh cinta. Apa saja dilakukan meski itu diluar kodratnya sebagai pria. Kadang hal itu yang membuat pria akan mengingat indahnya kebersamaan.

Saya harap mereka bahagia, dan mereka tidak terpisah karna alasan sepele. Menumbuhkan cinta itu mudah, menyebarkan benih cinta itu butuh kerja keras, dan melepaskannya itu yang kadang susah. Jangan berpisah karna sesuatu yang buruk atau kurang menyenangkan. Ingatlah saat-saat bahagia.

Tapi lain cerita kalau ini tentang mendua. Karna saya sendiri tidak setuju meski pernah terperangkap di sana. Mari menyenangkan si Dia, perempuan hebat yang akan menjadi penopang seorang pria hebat di masa depan.

...

Sebagian paragraf postingan ini saya tulis saat melihat mereka siang tadi. Saya seperti seorang seniman gambar yang melukiskan apa yang saya lihat dan amati. Tapi itu menyenangkan. Andai seorang fotografer profesional, saya akan membidik angle yang paling indah.

Mari selalu menyenangkan si dia. Mau calon gebetan atau calon istri, wanita layak diperlakukan bak putri raja. Dan saya harap, mereka tidak akan terpisah satu sama lain. Apalagi masalah sepele. Kedewasaan sebuah hubungan akan menjadi tantangan tersendiri saat mereka memutuskan hidup bersama.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Deserving of the Name, Drama Korea Tentang Dokter Modern dan Dokter Oriental (Akupuntur)

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh