Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Semoga Bisa Menikah Sekali Aja Seumur Hidup Ini

[Artikel 2#, kategori 37 tahun] Saya memberi batas pada diri saya tentang hubungan asmara, jika umur 40 tahun juga masih belum bisa menikah, saya menyerah dan menjalani hidup seorang diri saja. Pasrah dan mungkin pindah.

Suatu ketika dalam sebuah acara, ada banyak orang-orang muda berada di depan saya yang sedang duduk sambil menikmati senja. Waktu berbuka puasa belum tiba, namun suasana di sini sudah sangat ramai.

Ada pemandangan diantara kerumunan yang sedang mempersiapkan berbuka puasa menarik perhatian mata saya. Wanita cantik dengan pakaian feminim yang rambut panjangnya diikat. Sungguh cantik kala itu.

Namun mendadak perasaan tidak percaya diri saya kambuh. Mau ngajak bicara? Lalu, selanjutnya apa? Tidak bisa, tidak bisa, pikiran saya menekan perasaan saya.

Saya mengandai-andai, situasi ini pernah saya alamin saat berusia 20-an. Mungkin bila saat itu, saya tidak masalah mengajak wanita bicara untuk berkenalan.

Toh, itu hanya ngobrol biasa. Bila dirasa cocok, kami mungkin bisa lanjut. Banyak periode waktu yang saya lakukan saat itu berhasil menggaet wanita. Sekarang?

Sekali saja

Saya kembali dalam pikiran masa lalu ke sekarang. Bila wanita di hadapan saya ini bisa saja ajak bicara pun, saya bingung selanjutnya jika ia mendadak diajak serius untuk dinikahin.

Apalagi latar wanita dan rekan-rekannya itu merupakan pegawai Bank. Langkah saya sudah kalah di awal, meski strategi mendekati wanita saya masih bisa.

Lupakan tentangnya, saya benar-benar tidak memiliki rasa percaya diri. Masa depan yang saya pikirkan begitu jauh, apalagi dengan usia yang tidak muda lagi.

Dalam tiap doa, saya selalu berharap kepada Tuhan. Tolong Tuhan, sekali saja seumur hidup ini, saya merasakan pernikahan dengan seorang wanita. Jangan biarkan saya hidup sendiri dalam sisa umur hidup ini.

Saya akan menerima siapa pun wanita yang Tuhan kirimkan selama itu baik dan bijaksana. 

...

Beberapa tahun ke depan, mungkin saya akan geli sendiri membaca ini. Namun, entahlah. Apakah malah sebaliknya, membuat jadi sedih. Apalagi bila halaman ini benar-benar terkabulkan, saya akhirnya menikah. 

Mungkin saya akan menceritakan kepadanya, betapa khawatirnya saya tentang hubungan. Jika benar-benar tidak terjadi hingga usia 40-an, anggap saja tulisan ini merupakan ramalan masa depan.

Artikel terkait :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun