Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya Harus Ganti Juga Baterai Zenfone 5

[Artikel 2#, kategori smartphone] Saya pikir bisa menunggunya hingga tahun 2024. Toh, selama bisa dirawat. Tapi ternyata situasi berkehendak lain. Akhir pekan yang dihabiskan dengan banyak kekhawatiran dan terpaksa mengeluarkan uang.

Saya tidak menyangka waktunya untuk mengganti baterai ASUS Zenfone 5 datang lebih awal. Padahal hari Sabtu pagi (12/8), rasanya masih baik-baik saja semuanya. 

Sangat berat tentunya jika harus mengeluarkan uang, apalagi kondisi keuangan saya yang sedang tidak baik-baik saja.

Hape jatuh

Usai berkegiatan di luar rumah, maksudnya bersih-bersih, saya melanjutkan aktivitas di dalam kamar. Karena lihat daya baterai hape sudah berkurang, mau nggak mau saya colokkan. 

Eh, kok nggak bisa mengisi? Saya coba ganti kabel charger, tetap nggak bisa. Saya terus berusaha dan akhirnya menyerah. Kekhawatiran saya sepertinya terjadi.

Saya mengingat sebelumnya saat sedang bersih-bersih halaman rumah. Oh ya, hapenya sempat dijatuhkan oleh putri kesayangan (eh maksudnya anak pemilik rumah).

Sepertinya karena benturan itu. Saya tidak bisa menyalahkannya, karena lagian masih anak kecil. Situasinya juga hape emang baterainya juga bermasalah. Saya pasrah dan mencoba cara terbaik yang akhirnya saya pilih.

Bawa tempat servis hape

Saya tidak percaya diri membawanya ke konter. Namun sisi lain, saya tidak akan bisa beraktivitas tanpa hape. Toh, pekerjaan utama saya sangat berhubungan dengan hape tersebut.

Setelah tiba di konter, hape saya diputuskan bersalah. Eh, apaan sih. Sempat-sempatnya bercanda. Udah serius ini. Nggak lihat situasi gini. 😅

Sabar-sabar. Maksudnya hape saya oleh orang konter memang sedang bermasalah, khususnya soket untuk colokan kabel usb-nya. Makanya nggak bisa dices atau charger.

Biaya untuk memperbaiki sekitar 102 ribu sekian katanya. Duh, terjadi juga ternyata. Meski nominalnya buat sebagian orang-orang kecil, buat saya seperti mencuri harta paling berharga saya.

Yasudah, oke mas saya katakan untuk segera diperbaikin. Mungkin sore hari baru kelar katanya. Sedikit tenang perasaan karena akhirnya solusinya tersedia.

Menjelang siang hari, saya sudah dikabarin oleh orang konter. Apakah itu kabar baik? Tidak, permasalahannya ternyata sederhana. Hape saya nggak bisa diisi dayanya karena ada masalah pada baterainya yang hamil, eh meledung.

Jadi, hanya perlu ganti baterai saja. Saya sempat senang bahwa masalahnya tidak begitu besar. Beberapa pengalaman sering saya dapatkan ketika hanya perlu mengganti baterai.

Karena baterainya meledung tersebut, soketnya ketarik. Kalau sampai meledungnya besar, bisa-bisa semua kompenen kena. 

Namun perasaan lega itu hanya sebentar. Biaya yang dibebankan untuk mengerjakan dan mengganti baterainya ternyata lebih besar. Naik hampir 180 ribuan dari awalnya hanya di bawah 110 ribu.

📝 Gambar hp di atas merupakan kondisi setelah diganti baterainya. Kata orang konter disuruh tetap pasang karetnya untuk 1 jam ke depan dan bisa dilepas kemudian. Entah, kenapa. Mungkin biar baterai barunya bisa sinkron?

...

Di saat tengah berjuang dan miskin-miskinnya karena harus ngumpulin uang untuk bayar spinjam, ada saja gangguan yang datang. Yang tambah berat, uang saya semakin terkikis dan bingung bagaimana saya akan membayarnya kemudian. Masa gadai laptop?

Ya, Tuhan! Gini amat punya beban yang bukan saya lakukan. Saya semakin membenci saudara saya kalau terus gini situasinya. Mereka yang bermasalah, namun saya yang harus menanggung bebannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun