Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ketidakmampuan

[Artikel 123#, kategori catatan] Ternyata sudah sampai di sini juga. Waktu yang terus berlalu, membuat sebagian orang melaju. Saya? Bertahan dengan ego dan makin tertinggal. Saya akui sudah tidak mudah dan sangat menderita apabila harus dipaksakan.

Dulu saat mengenal ekosistem bloger, saya sangat bersemangat sampai-sampai banyak mengorbankan banyak mimpi. Salah satunya kuliah. Saya tidak menyesal karena itu adalah keyakinan yang berdasar.

Namun entah kenapa saat ini, keyakinan itu perlahan sedikit memudar. Bukan karena saya sudah malas nulis atau tidak konsisten. Melainkan tekanannya seperti yang saya singgung di awal paragraf.

Pekerjaan untuk bloger sekarang tidak datang hanya dalam sebuah tulisan, tapi juga membuat cerita lewat video. 

Serba keterbatasan

Akhirnya saya menyalahkan keterbatasan yang saya miliki. Mulai dari perangkat yang kurang kompetibel hingga skill yang sebenarnya tidak masalah, hanya saja tuntutannya yang buat masalah.

Sebagai orang yang menjunjung tinggi konsistensi, pekerjaan di dotsemarang semua sudah terjadwal. Namun saat ada pekerjaan berbayar yang mengharuskan publish secepatnya, saya merasa terbebani.

Akhirnya semua jadi berantakan. Postingan dotsemarang keteteran, pekerjaan berbayar tidak dikerjakan secara maksimal. Saya harus memilih sekarang.

Ketidakmampuan

Rasanya tahun ini saya kalah segalanya. Terasa berat dan menjadi beban saat semua diambil demi agar dibayar. Semoga lekas bangkit diri saya atas ketidakmampuan yang saya alami sekarang. Sungguh, itu jadi dilema sekarang.

Maafkan saya di masa depan apabila kembali membaca ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

Berkenalan dengan Istilah Cinephile