Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Bekerja Memang Melelahkan, Tapi Demi Keluarga Itu Harus

[Artikel 18#, kategori rumah tangga] Saya rasa sepertinya tidak akan sanggup meneladani sosok kepala rumah tangga itu yang kebanyakan pekerjaannya harus dilewatkan di rumah sakit. Sudah lelah bekerja dan pulang inginnya istirahat, eh harus keluar lagi membawa keluarga tercinta.

Ini bukan kisah saya karena kalian pun tahu, saya masih single. Di umur sekarang, memang menyedihkan melihat saya tanpa pasangan yang seharusnya memiliki buah hati.

Saat menjalani kehidupan sendiri, ada kehidupan lain yang tanpa sadar terpapar seakan memberi pelajaran bagaimana hidup berumah tangga. 

Tidak ada waktu santai

Saya terkesima dengan bapak satu anak tersebut yang memang sudah sewajarnya melakukan itu. Sore menjelang malam, ia pulang ke rumah setelah beberapa hari menghabiskan waktu di rumah sakit.

Terkadang hanya hitungan jam dan bahkan, hanya masuk sebentar ke rumah, si suami datang dan pergi bersama si istri dan anak semata wayangnya mencari makan sekaligus bersenang-senang memanjakan keluarganya.

Saya yang melihatnya seakan tidak percaya bahwa itu dilakukan setiap momen tertentu. Andai saya, mungkin memilih langsung tidur saja usai mandi. Bekerja pasti melelahkan. Saya rasa tidak akan sanggup untuk keluar lagi.

Demi keluarga

Jika memikirkan sudut pandang saya, tentu saya juga benar. Namun bila ditaruh di sudut pandang si suami, ia harus berusaha dan sewajarnya membahagiakan keluarga kecilnya.

Kadang bertemu istri dan anak memberi energi tersendiri. Rasa lelah mendadak saja hilang saat melihat putri tercinta bersenang-senang.

Itulah pentingnya memiliki pekerjaan yang baik dan orang tua yang dapat membantu dikala gajian belum menentu. Keluarga kecil harus dimanjakan agar mereka tidak protes karena ditinggal mulu di rumah.

Siapa tidak akan bosan jika di rumah terus dan mengurus anak yang terkadang menjengkelkan meski sangat sayang sekali. Suami harus melakukannya, buang pikiran rasa lelah dan ingin tidur dulu.

...

Apakah saya akan mengalami hal sama andai nanti menikah? Rasa percaya diri saya sangat kurang untuk menjalaninya, terutama sisi ekonomi. Apakah saya sanggup? Sedangkan saya sendiri hanya bekerja di rumah dan pendapatan yang tidak menentu.

Makanya sempat terbelesit mencari pasangan hidup sebaiknya yang lebih kaya dari saya. Apapun saya berikan untuk mencintainya, apalagi saya berzodiak Cancer. Ya, saya sangat setia. Umur yang matang saat ini sudah tidak akan aneh-aneh lagi dalam berhubungan.

Hanya saja kok rasanya sulit. Mending ada yang tertarik. Ini cari kriteria di atas rata-rata. Perempuan mana yang mau dengan laki-laki miskin dan burik. Mereka (wanita) pasti juga memikirkan hal yang sama seperti saya.

Mencari pasangan yang kaya raya dan setia.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun