Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Bekerja Memang Melelahkan, Tapi Demi Keluarga Itu Harus

[Artikel 18#, kategori rumah tangga] Saya rasa sepertinya tidak akan sanggup meneladani sosok kepala rumah tangga itu yang kebanyakan pekerjaannya harus dilewatkan di rumah sakit. Sudah lelah bekerja dan pulang inginnya istirahat, eh harus keluar lagi membawa keluarga tercinta.

Ini bukan kisah saya karena kalian pun tahu, saya masih single. Di umur sekarang, memang menyedihkan melihat saya tanpa pasangan yang seharusnya memiliki buah hati.

Saat menjalani kehidupan sendiri, ada kehidupan lain yang tanpa sadar terpapar seakan memberi pelajaran bagaimana hidup berumah tangga. 

Tidak ada waktu santai

Saya terkesima dengan bapak satu anak tersebut yang memang sudah sewajarnya melakukan itu. Sore menjelang malam, ia pulang ke rumah setelah beberapa hari menghabiskan waktu di rumah sakit.

Terkadang hanya hitungan jam dan bahkan, hanya masuk sebentar ke rumah, si suami datang dan pergi bersama si istri dan anak semata wayangnya mencari makan sekaligus bersenang-senang memanjakan keluarganya.

Saya yang melihatnya seakan tidak percaya bahwa itu dilakukan setiap momen tertentu. Andai saya, mungkin memilih langsung tidur saja usai mandi. Bekerja pasti melelahkan. Saya rasa tidak akan sanggup untuk keluar lagi.

Demi keluarga

Jika memikirkan sudut pandang saya, tentu saya juga benar. Namun bila ditaruh di sudut pandang si suami, ia harus berusaha dan sewajarnya membahagiakan keluarga kecilnya.

Kadang bertemu istri dan anak memberi energi tersendiri. Rasa lelah mendadak saja hilang saat melihat putri tercinta bersenang-senang.

Itulah pentingnya memiliki pekerjaan yang baik dan orang tua yang dapat membantu dikala gajian belum menentu. Keluarga kecil harus dimanjakan agar mereka tidak protes karena ditinggal mulu di rumah.

Siapa tidak akan bosan jika di rumah terus dan mengurus anak yang terkadang menjengkelkan meski sangat sayang sekali. Suami harus melakukannya, buang pikiran rasa lelah dan ingin tidur dulu.

...

Apakah saya akan mengalami hal sama andai nanti menikah? Rasa percaya diri saya sangat kurang untuk menjalaninya, terutama sisi ekonomi. Apakah saya sanggup? Sedangkan saya sendiri hanya bekerja di rumah dan pendapatan yang tidak menentu.

Makanya sempat terbelesit mencari pasangan hidup sebaiknya yang lebih kaya dari saya. Apapun saya berikan untuk mencintainya, apalagi saya berzodiak Cancer. Ya, saya sangat setia. Umur yang matang saat ini sudah tidak akan aneh-aneh lagi dalam berhubungan.

Hanya saja kok rasanya sulit. Mending ada yang tertarik. Ini cari kriteria di atas rata-rata. Perempuan mana yang mau dengan laki-laki miskin dan burik. Mereka (wanita) pasti juga memikirkan hal yang sama seperti saya.

Mencari pasangan yang kaya raya dan setia.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh